Latest News

Sunday, November 7, 2021

Mewujudkan Nilai Kristiani pada Masa Sekarang

 🆁🅰🅶🅸 Jumat, 22 Oktober 2021.
Hari Biasa – 
Pekan Biasa XXIX
Peringatan St. Yohanes Paulus II
• Rm. 7: 18-25a; 
• Mzm.119: 66. 68. 76. 77. 93. 94; 
• Luk.12:54-59

Mewujudkan Nilai Kristiani pada Masa Sekarang

Orang Palestina pada zaman dulu memprakirakan cuaca dengan melihat arah angin: angin dari barat (dari laut) berarti hari akan hujan; angin dari selatan (dari gurun) berarti hari akan panas. Selanjutnya, mereka menyesuaikan aktivitas mereka dengan cuaca yang segera akan datang. 
   Dengan gambaran “membaca cuaca” itu, dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menegur para pendengar-Nya: “Rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Luk. 12:56). Mereka tidak melihat tanda-tanda kedatangan Mesias sebagaimana telah dinubuatkan dan ditulis dalam kitab-kitab para nabi, sementara tanda-tanda itu kini sedang digenapi dan diwartakan oleh Yesus.
    Hampir tiap hari Tuhan Yesus membuat tanda di depan mereka. Yesus memperlihatkan kuasa-Nya sewaktu mengajar, Ia menyatakan kekuatan ilahi-Nya sewaktu Ia membuat mukjizat, yaitu mengusir roh jahat dan menyembuhkan banyak orang sakit, memberi makan orang yang lapar, meredakan badai…. Yesus mengatakan mereka itu “orang-orang munafik”, pura-pura tidak melihatnya.
    Pertanyaan Yesus itu sebenarnya merupakan ajakan supaya orang banyak itu membuka mata dan hati untuk melihat bahwa Kerajaan Allah sudah datang, lalu segera menanggapinya dengan bertobat dan menyesuaikan hidupnya dengan Kerajaan itu.
    Lebih lanjut, Yesus menjelaskan bahwa keadaan mereka itu ibarat orang yang sedang berperkara dengan pihak lain. Yesus menasihatkan, selesaikanlah “perkaramu” itu secepatnya sekarang juga, “di tengah jalan” (ay. 58) – selama perjalanan di dunia ini. Jangan menunda-nundanya sampai “engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau … melemparkan engkau ke dalam penjara. (Ay. 58).
    Mereka sebaiknya selekas mungkin menyelesaikan perkara mereka dengan bertobat, percaya pada Injil, dan mengubah cara hidup. Jangan menunda-nunda “perkara” itu sampai akhir hidup dan membawanya ke hadapan “Sang Hakim”. Dapat dipastikan, mereka akan kalah perkara, divonis, dan dijebloskan ke penjara.
   Kita orang Kristiani pun diajak untuk menanggapi kedatangan Kristus dengan bertobat dan mewujudkan nilai-nilai Injil sesuai dengan zaman yang kini kita alami. Kita dipanggil untuk melaksanakan ajaran kasih: antara lain dengan peduli pada orang yang miskin agar hidup layak, berperilaku baik kepada semua orang, menghargai martabat manusia dengan hak asasi dan kebebasannya, membela orang (tenaga kerja) yang tertindas, menjaga integritas (jujur), mendukung gerakan dan kekuatan yang benar-benar memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang.

Namun, mewujudkan nilai dan keutamaan Kristiani pada masa sekarang sangatlah besar tantangannya. Kita mungkin tertarik untuk menjalankan ajaran Injil, tetapi keinginan itu dihambat dan dilunturkan oleh hasrat mengejar kesenangan duniawi serta kemudahan hidup yang diberikan oleh barang-barang materi dan hasil teknologi.
    Dalam diri kita ada pertentangan seperti yang digambarkan oleh Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama. “Di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa.” (Rom 7:22-23). Paulus merasa dikuasai oleh dosa, dan berkeluh kesah: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Dalam keadaan tertawan, Paulus melihat satu-satunya kekuatan yang sanggup melepaskan dia, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
   Kekuatan Tuhan Yesus Kristus itu pun tampak pada diri seorang santo yang hidup pada zaman modern. Hari ini kita memperingati St. Yohanes Paulus II (1920-2005), yang hidupnya memperlihatkan bagaimana ia telah mencurahkan seluruh daya kemampuannya untuk mewujudkan nilai-nilai Kristiani di tengah berbagai kesulitan zaman. Paus dari Polandia ini mengalami tekanan terhadap Gereja oleh penguasa Nazi, rezim komunis, dan lunturnya hidup keagamaan (sekularisme) pada zaman modern. Paus non-Italia ini menjadi Paus terlama (1978-2005). Banyak yang mengusulkan namanya menjadi Yohanes Paulus Agung, tetapi ia agung justru karena kerendahan hati, kesederhanaan dan kesuciannya. Karena semangat merasulnya, terutama untuk keluarga, orang muda, dan penderita sakit, ia melakukan banyak kunjungan ke seluruh dunia, untuk menyerukan perdamaian dunia dan keberpihakannya pada negara-negara terbelakang. Ia menjalin hubungan baik dengan pemimpin agama Yahudi, Muslim dan Gereja Ortodoks Timur. Ia meninggalkan pesan untuk orang Kristiani zaman ini: “Saudara dan saudari, janganlah takut untuk menyambut Kristus dan menerima kekuatan-Nya…. Jangan takut. Bukalah pintu lebar-lebar bagi Kristus.”
    Sesuai pesan Paus Yohanes Paulus II dan teladan St. Paulus, mari kita terus membuka hati lewat doa dan renungan. Kita mohon agar kekuatan Kristus bekerja dalam diri kita. Untuk dapat mengatasi nafsu mengejar harta dan kesenangan duniawi, kita mohon rahmat Tuhan agar sanggup melakukan hal yang sebaliknya, yaitu sering menyisihkan pendapatan atau milik kita dengan senang hati untuk membantu orang lain. Dengan “melawan rasa lekat” seperti itu hati kita akan semakin bebas dan siap untuk melakukan kehendak Tuhan, sekarang dan tidak ditunda-tunda lagi.

Ya Yesus Tuhan, semoga Roh Kudus-Mu membimbing aku untuk menemukan kehadiran-Mu dan mendengar ajakan-Mu. Semoga aku pun semakin mengenal dan mengasihi Engkau, dan menyelaraskan hidupku dengan panggilan-Mu. St. Yohanes Paulus II, doakanlah aku. Amin. 

Selamat pagi. Selamat beraktivitas mengikuti protokol kesehatan. AMDG. Berkat TUHAN.
RS/PK/hr.

No comments:

Post a Comment