Latest News

Showing posts with label kedatangan tuhan. Show all posts
Showing posts with label kedatangan tuhan. Show all posts

Saturday, September 4, 2021

Kesiapan Menyambut Kedatangan Tuhan



Kesiapan Menyambut Kedatangan Tuhan

Kita sering terjebak dalam kesibukan sehari-hari sehingga lupa memeriksa, apakah hidup kita sekarang ini berada “di jalur yang benar” ke arah tujuan. Bagi para murid Kristus, tujuan akhir kita adalah kedatangan kembali Tuhan Yesus dalam kemuliaan sebagaimana telah Ia janjikan. Para murid pertama dengan antusias berharap, Tuhan akan datang kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bagaimana mereka harus menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan itu?
    Dalam Bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa menyambut kedatangan Kerajaan Allah itu “seumpama sepuluh gadis, yang pergi menyongsong mempelai laki-laki.” Gadis-gadis itu bertugas menyambut dan mendampingi mempelai selama pesta perjamuan, dengan membawa lampu penerangan. Lima gadis membawa buli-buli minyak cadangan, lima yang lain tidak. (Lihat Mat 25:1-4)
    Tugas mereka bukan “berjaga-jaga” dengan megamat-amati kedatangan rombongan mempelai, dengan berdiri di gerbang atau di atap rumah. Tidak menjadi masalah bahwa kesepuluh gadis itu tertidur karena sampai larut malam mempelai belum juga datang. 
    Tetapi inilah masalahnya: ketika mempelai tiba, lima gadis yang tidak membawa minyak tadi baru menyadari bahwa lampu mereka “hampir padam”; tetapi sudah terlambat.
    Pesan utama dari perumpamaan ini ialah kesiapan diri dan antisipasi ke depan. Kedatangan Tuhan tidak diketahui kapan saatnya. Orang harus selalu dalam keadaan siap, tanpa merisaukan kapan saat itu akan tiba: gadis-gadis tadi tertidur, lima di antaranya siap, lima lainnya tidak.

Kesiapan menyambut kedatangan Tuhan itulah yang diperjuangkan Rasul Paulus ketika ia membangun umat di Tesalonika. Umat di kota itu dengan antusias menerima petunjuk Sang Rasul mengenai ”cara hidup yang berkenan kepada Allah,” supaya mereka “tak bercacat dan kudus … pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita,” (1Tes 4:1 dan 3:13).
    Dalam Bacaan Pertama hari ini, Paulus meminta supaya umat mengikuti petunjuknya dengan lebih bersungguh-sungguh lagi, khususnya dalam hal kemurnian tubuh, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan.” (1Tes 4:3). Paulus mendesak umat supaya menjauhi perselingkuhan, yang dianggap biasa dalam budaya “kafir”. Memanfaatkan orang lain untuk memuaskan nafsu itu merendahkan martabat manusia. Dosa besar percabulan ialah mencemari tubuh yang oleh Allah telah dikuduskan dengan curahan Roh-Nya. Maka, jika mereka menolak nasihat ini, berarti mereka menolak Allah sendiri. (Lihat 1Tes. 4:4-8).
    Surat Tesalonika adalah tulisan pertama dalam Perjanjian Baru. Ajaran awal tentang kesiapan untuk menyambut kedatangan Tuhan, khususnya dengan menjaga kemurnian tubuh, tetap relevan hingga sekarang. Hal ini pula yang menjadi keprihatinan Monika berkaitan dengan perilaku anaknya, Agustinus.
    
Hari ini peringatan wajib St. Monika (331-387). Ia lahir di Tagaste, Afrika Utara. Suaminya, Patrisius, tidak katolik, sementara anaknya Agustinus hidup dalam dosa dan menjadi pengikut aliran Manikeisme, yang lebih mengunggulkan penalaran pikiran daripada iman. Monika sangat sedih karena suami dan anaknya semakin tidak siap untuk menerima Kristus. Tetapi Monika tekun berdoa dengan mencucurkan air mata untuk pertobatan anak dan suaminya. Monika sangat bahagia ketika Patrisius minta dibaptis menjelang akhir hidupnya.
    Agar tidak menyusahkan ibunya, Agustinus pergi ke Italia, tetapi Monika menyusulnya. Monika minta bantuan Uskup Ambrosius di Milano, maka Agustinus pun dibimbing dan bertobat hingga ingin menjadi imam. Monika kini mengalami puncak kebahagiaannya. Pada akhir hidupnya ia berpesan kepada Agustinus: “Anakku, satu-satunya yang kuinginkan sekarang ialah agar engkau mengenangkan aku di altar Tuhan.” Monika meninggal di Ostia, Roma. Hidupnya menjadi teladan agar kita tekun berdoa dan berjuang demi kesiapan saudara kita untuk menerima Kristus.

Untuk kita sekarang, karena saatnya ditunda, maka kedatangan Tuhan itu lebih diartikan sebagai saat kita dipanggil menghadap-Nya, yang tentu lebih dekat daripada saat kedatangan Raja Kristus pada akhir zaman. Bila saat itu tiba, jangan sampai kita terlambat menyadari karena tidak punya antisipasi seperti kelima gadis yang bodoh itu.
    Bila saat itu datang tiba-tiba, atau selagi dalam isolasi Covid-19, belum tentu kita bernasib mujur seperti Patrisius, suami Monika: belum tentu kita punya kesempatan untuk mengaku dosa dan menyambut komuni pada saat terakhir. Akan lebih terjamin jika kita memastikan diri dari sekarang, dengan menata hidup sehingga ”Hari ini aku siap,” dan itu kita lakukan setiap hari. 
   Kesiapan itu bukan berarti tiap hari kita memikirkan saat kematian nanti. Fokus kita tetap ke saat ini, yaitu menghadapi berbagai tantangan dalam berbagai aspek kehidupan kita sekarang. Kita hanya perlu menjaga agar dalam menjalani semua itu kita berada “di jalur yang benar” ke arah tujuan. Sesuai nasihat St. Paulus, jalur yang benar itu adalah “cara hidup yang berkenan kepada Allah,” khususnya dengan lebih serius mengusahakan kesucian pribadi sebagai anak Allah dan menebar kasih kepada sesama. 

Ya Tuhan, berkat doa dan perantaraan Santa Monika, berilah aku rasa sesal akan dosaku agar aku bertobat dan memperbaiki diri setiap hari. Semoga hidupku semakin berkenan pada-Mu dan makin berguna bagi sesama. Amin.

Bdk
27 Agustus - Peringatan St. Monika
• 1Tes.4:1-8; 
• Mzm.97:1:2b.5-6.10-12; 
• Mat. 25:1-13 
RS/PK/hr.