Latest News

Showing posts with label aggur baru. Show all posts
Showing posts with label aggur baru. Show all posts

Friday, February 4, 2022

ANGGUR BARU DALAM KANTONG BARU

*"ANGGUR BARU DALAM KANTONG BARU."*

Dalam perikop _Injil hari ini,_ TUHAN YESUS  diprotes oleh orang-orang Farisi: _"Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-MU tidak?” (Mrk. 2: 18b)._ Dalam jawaban-NYA, YESUS mengajak orang-orang Farisi dan kita semua untuk bisa melihat, mengerti dan menghidupi suatu aturan atau kebiasaan dari dua sisi: *Pertama,* kita harus mencari dalam konteks apa suatu peraturan itu ditetapkan. 
*Kedua,* kita perlu mencari makna yang terdalam atau esensi dari peraturan itu.

Aturan tentang berpuasa ditetapkan sebenarnya sebagai *_tanda pertobatan dan mendukung doa-doa_* agar ALLAH datang dan membebaskan umat-NYA. ALLAH telah datang dalam Diri YESUS, sehingga sikap yang lebih pantas adalah _bergembira dan bersukacita._ Nabi Yesaya bernubuat tentang keselamatan Sion akan datang dengan segera. _(lihat Yes. 62: 1-5)._ Dan kedatangan-NYA itu ibarat _“Mempelai lelaki”_  yang dengan girang menghampiri _"anak dara”_ dalam suatu pesta perkawinan, bukan dalam keadaan murung berpuasa. Karena itulah, YESUS dalam memberikan jawaban mengingatkan kembali nubuat Nabi Yesaya itu. IA berkata: _“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.” (ayat 19)._ Di sini YESUS secara tersamar menyatakan Diri-NYA sebagai _Mempelai laki-laki itu._ Jadi selama YESUS masih bersama para murid, mereka tidak perlu berpuasa. Baru nanti setelah YESUS sudah tidak bersama mereka, maka mereka harus berpuasa.
Tetapi rupanya penjelasan YESUS itu tidak dipahami oleh orang-orang Farisi, yang menganggap diri sebagai pemimpin spiritual Yahudi dan banyak mempelajari isi Kitab Suci bersama para ahli Taurat. Sebenarnya para murid-NYA juga tidak paham.

Karena itu, YESUS memberikan keterangan lagi tentang _“berpuasa”_ itu dalam bentuk kiasan _“secarik kain yang belum susut”_ ditambalkan pada _"baju yang tua”_ maka hasilnya _“baju tua itu malah akan semakin koyak”._ Demikian juga IA memberikan kiasan lain tentang _“anggur baru”_ yang ditempatkan dalam _“kantong lama”,_ akibatnya kantong itu akan jebol dan anggur terbuang sia-sia. Maka sebaiknya _“anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.” (ayat 22b)._
Artinya, _*berpuasa sebagai tanda pertobatan dan pembaharuan hidup baru perlu dipandang dengan perspektif baru yang lahir dari hati dan cara berpikir yang baru juga.* Berpuasa yang benar jangan dipandang hanya sebagai aturan formalistik suatu agama yang dipatuhi begitu saja, melainkan harus lahir dari kesadaran nurani yang jernih dan tulus untuk mengadakan pembaharuan hidup dan melakukan segala kebajikan. *Kebaikan ALLAH kepada manusia adalah ukuran utama dan menjadi acuan perilaku kita, termasuk dalam menepati aturan-aturan keagamaan seperti puasa itu.*_ Konteks inilah yang perlu kita perhatikan. Dengan konteks yang benar kita tidak akan jatuh pada sikap yang munafik!

Pengalaman Raja Saul, seperti dikisahkan dalam _Bacaan Pertama_ dapat memberi pelajaran yang sangat berharga. Saul yang berasal dari suku Benyamin, suku yang paling kecil dan tidak _"masuk bilangan”,_ diangkat dan diurapi sebagai raja yang pertama bangsa Israel. Melalui Nabi Samuel, ALLAH telah memerintahkan agar ia dapat mengalahkan bangsa-bangsa Filistin dan Amalek. Namun, perintah ALLAH itu tidak dijalankan sepenuhnya. Ia memang memerangi mereka tetapi kemudian menjarah rayah semua kekayaan bangsa-bangsa itu dan melakukan ulah yang  jahat di mata TUHAN. Dan ia berupaya membenarkan perbuatannya itu dengan mempersembahkan korban bakaran yang terdiri dari kambing domba dan sapi-sapi terbaik kepada ALLAH. Namun ALLAH tidak mau menerimanya. Saul lupa bahwa *_setia dan taat pada Firman dan Kehendak ALLAH itu melampaui segala upacara ritual keagamaan._* Saul menganggap bahwa TUHAN itu bisa _“disuap”_ dengan korban bakaran. Maka Nabi Samuel marah kepada Saul, sambil berkata: _“Sesungguhnya mendengarkan (Firman-NYA) lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung, dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala.” (1 Sam. 15: 22, 23)._

Tindakan kita kadang seperti Saul yaitu dengan dalih untuk kepentingan sosial atau kepentingan Gereja, tetapi dalam langkahnya telah menyalahi norma-norma keadilan, kebenaran dan kebajikan lainnya yang bertentangan dengan Perintah ALLAH. Cobalah kita mawas diri!

Hari ini Gereja memperingati *Santo Antonius* (251-356), seorang pemuda Mesir  yang kaya raya namun tergelitik oleh Sabda-NYA: _“Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah AKU.” (Mat. 19: 21)._ Dan ia segera mematuhi Sabda-NYA itu. Ia lalu pergi menyepi di padang gurun Libia. Hari-harinya diisi dengan doa dan matiraga serta bekerja keras. Ketika umat Kristen dikejar-kejar kaisar Maximinus, ia rajin mengunjungi di penjara dan menghibur mereka. Makin lama banyak orang yang datang kepadanya minta nasihat dan peneguhan. Ia termasuk pertapa yang konsisten tetapi tidak fanatik. Namun seluruh hidupnya diabdikan kepada TUHAN sepenuhnya. Sebagai seorang pertapa ia tidak hanya mencari kesempurnaan untuk dirinya sendiri, tetapi juga aktif membela iman Kristiani yang digerogoti oleh bidaah Arianisme, yang men-degradasi Ke-ALLAHAN-an ANAK MANUSIA.

_Ya YESUS, berilah aku keberanian untuk melaksanakan Perintah-MU demi kemajuan imanku dan kehidupan rohaniku, serta meninggalkan segala kebiasaan lamaku yang bertentangan dengan ajaran-MU dan mudah menyeret aku ke lembah dosa. Amin._

Catatan
17 Januari - Peringatan Wajib Santo Antonius, Abas :
• 1Sam. 15: 16-23;
• Mzm. 50: 8-9, 16bc-17, 21, 23;
• Mrk. 2: 18-22.
PK/hr.
Renungan Canggih Utk Kehidupan
*Asiiik.com*