Latest News

Showing posts with label Kemiskinan Rohani. Show all posts
Showing posts with label Kemiskinan Rohani. Show all posts

Tuesday, August 24, 2021

Kemiskinan Rohani Dan Kelengketan Materi

 🆁🅰🅶🅸 Senin, 16 Agustus 2021.
Hari Biasa Pekan Biasa XX :
• Hak. 2: 11-19;
• Mzm. 106: 34-37. 39-40. 43ab. 44;
• Mat. 19: 16-22.

KEMISKINAN ROHANI & KELENGKETAN MATERI.

KPK sudah dibentuk, tapi korupsi jalan terus malah ibarat virus Covid makin mengganas. Sejumlah  pelaku kejahatan narkoba sudah ditembak mati, tapi bisnis narkoba tetap marak. Meski sudah ada UU anti kekerasan seksual, namun korban kejahatan seksual terus berjatuhan. Mengapa semua ini bisa terjadi?

Analisa bisa kita peroleh dari para ahli di bidangnya, entah lewat tulisan maupun seminar (online). Tetapi dengan menyimak Bacaan-bacaan Suci hari ini, kita bisa mendapatkan salah satu jawabannya yaitu masih adanya kemiskinan rohani dan keterikatan atau bahkan kelengketan erat pada materi.

Bacaan Pertama berkisah tentang dinamika kehidupan bangsa Israel sesudah Nabi besar Musa dan penggantinya, Yosua meninggal. Mereka dengan mudahnya kembali kepada penyakit lama yang pernah menjangkiti bangsa itu, yaitu penyembahan berhala. Dengan mudahnya mereka tergoda untuk menyembah dewa-dewa yang diperkenalkan oleh orang-orang "kafir" di sekitarnya. Kesetiaan dan takwa kepada ALLAH yang telah membawa keluar dari Mesir dan membantu mereka selama di padang gurun, begitu mudahnya digerogoti oleh iming-iming lain yang lebih menarik dan menyenangkan hati mereka. ALLAH mencoba membangkitkan para Hakim yang memimpin mereka, namun kesetiaan mereka hanya sementara sebatas Hakim itu masih hidup. Sungguh tragis, bangsa pilihan ALLAH sendiri telah mengalami krisis iman dan kepercayaan, sebab mereka telah jatuh pada kemiskinan rohani dan terlanda "musim kering iman serta kepercayaan." Mereka memiliki kerohanian yang dangkal. 

Bagaimana dengan kehidupan iman dan kepercayaan kita sendiri? Masihkah kita ada kemantapan akan keyakinan kita pada KRISTUS dan segala ajaran Gereja selama ini? Atau kita mulai goyah dan selalu mempersoalkan terus karena terpengaruh oleh "cekokan" yang selalu sinis dan nyinyir pada YESUS dan ajaran Gereja-NYA?

Kisah orang muda yang saleh dan kaya dalam perikop Injil hari ini sungguh berakhir secara "antiklimaks." Mengapa? Sebab, begitu bertemu dengan Guru dari Nasaret yang sudah kondang itu, semula hatinya berkobar-kobar untuk menanyakan tentang pencapaian kehidupan yang kekal. Ia merasa selama ini bekalnya sudah lebih dari cukup! Sebab, ia tergolong anak muda yang saleh, tekun dalam kewajiban agamanya. Di depan TUHAN YESUS, ia mengaku sudah menjalani semua Sepuluh Perintah ALLAH. Demikian pula sebagai orang Yahudi ia juga taat menjalankan Hukum Taurat yang tertulis dengan harapan dapat memperoleh hidup yang kekal. Lalu apa lagi yang masih kurang dalam dirinya? 

Dengan pandangan yang penuh kasih, Guru dari Nasaret itu menjawab: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Sorga, kemudian datanglah ke mari dan  ikutlah AKU!" (Mat.19:21) Seperti disambar petir di siang bolong, "ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya." (ayat 22). Bagi anak muda itu pertemuan dengan TUHAN YESUS dianggap "gagal" dan  "antiklimaks." Itulah yang membuatnya sedih dan kecewa juga.

Ternyata bagi YESUS, menjalankan hukum tertulis secara formal itu tidak cukup. Mengikuti jalan ALLAH bukan hanya menaati secara lahir dan harfiah atas segala hukum formal yang tertulis. Bagi-NYA, mengikuti jalan ALLAH adalah menyerahkan secara total dan menggantungkan diri sepenuhnya hanya kepada ALLAH.

Dengan kata lain, totalitas, kebulatan hati, keseriusan dan tekad yang teguh merupakan tuntutan yang mutlak untuk mengikuti YESUS. Kita sebagai pengikut-NYA jangan puas hanya karena telah menjalankan aturan tertulis yang ada secara lengkap. DIA menghendaki diri kita secara utuh (jiwa dan raga) diserahkan kepada-NYA. Semua yang masih kita miliki yang masih lengket dan melekat erat pada diri kita serta dapat menghambat atau menghalangi persatuan kita dengan TUHAN YESUS, harus rela kita tinggalkan!

Tuntutan YESUS itu sebenarnya merupakan konsekuensi dari nilai hidup yang kita pilih. Bukankah YESUS merupakan "mutiara terindah" yang kita temukan? Mengapa kita ragu untuk menjual seluruh harta kita untuk memperoleh "mutiara" itu? Milik kita mungkin berupa harta, uang tabungan, emas dan logam mulia, tanah, jabatan, pangkat, kebiasaan dan kenikmatan yang tidak benar dan berbagai bentuk tingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Injili. Beranikah kita melepaskan diri dari semua kelengketan dan keterikatan akan materi,  semua itu demi YESUS KRISTUS? Atau kita malah pergi dengan sedih meninggalkan YESUS, seperti anak muda yang kaya dan saleh itu?
Dalam masa pandemi saat ini, YESUS juga menuntut kita untuk dapat hidup dalam ketidaknyamanan dan ketidakpastian, namun kita tetap mengutamakan YESUS KRISTUS, dan bukan nama baik, popularitas diri atau citra diri ataupun keuntungan pribadi dan keluarga! Sanggupkah kita?

Ya YESUS, bimbinglah aku dalam mengikuti jalan-MU. Bantulah aku untuk mengenal Kehendak-MU yang sejati dalam hidupku. Sembuhkanlah aku dari kekeringan rohani dan kebutaan akan kelengketan diri terhadap materi dan hal-hal yang tidak berkenan kepada-MU. Paculah semangatku untuk semakin sempurna dalam iman, pengharapan dan kasih. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas sesuai Prokes dan aturan lain. AMDG. Berkat TUHAN.
PK/hr.