Latest News

Showing posts with label subyektif. Show all posts
Showing posts with label subyektif. Show all posts

Friday, February 4, 2022

POLA PIKIR SUBYEKTIF YANG A PRIORI

 *POLA PIKIR SUBYEKTIF YANG A PRIORI.*

_“AKU berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya” (Luk. 4: 24),_ demikian kata TUHAN YESUS di sinagoga di Nazaret pada suatu hari Sabat. Justru di kampung-NYA sendiri itu, YESUS yang disanjung dan dipuja-puji di Kapernaum dan tempat-tempat lain, telah mengalami penolakan. Hal ini bisa terjadi, karena orang-orang sekampung-NYA itu - _dan hampir sebagian besar di antara kita juga pada zaman sekarang_ - kecenderungannya suka menilai orang lain hanya atas dasar luarnya saja, entah itu penampilan pisik, cara bicara dan kalau zaman kini kendaraan yang digunakan atau assesoris yang melekat dalam tubuhnya atau berbagai gelar yang terpampang dalam kartu namanya. Semula orang-orang sekampung-NYA itu mengangguk-anggukkan kepalanya, _“semua orang itu membenarkan  DIA dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-NYA.” (ayat 22a)._ Tetapi, begitu menyelinap dalam otak mereka suatu memori yang membekas dalam diri mereka bahwa latar belakang DIA itu _“hanya”_ anak tukang kayu, maka mulai tertutuplah hati mereka! _“Bukankah IA ini anak Yusuf?”_ begitu kata mereka dengan nada sinis. _(lihat ayat 22b)._

*_Dengan pola pikir subyektif a priori yang serba penuh buruk sangka ini, maka hati mereka tertutup akan realitas yang tersembunyi dalam Diri YESUS dan juga akan tanda-tanda ajaib yang telah dibuat-NYA di tempat lain._* Memang segala bentuk pikiran yang dijejali oleh buruk sangka, baik menyangkut pendidikan, latar belakang orangtua atau daerah asal maupun bidang pekerjaan seseorang, sering kali menyesatkan. Tetapi ironinya itulah yang dianggap sebagai  _“kebenaran”_ pada zaman sekarang. Dan _“kebenaran yang sesat”_ inilah yang sering berseliweran dalam dunia medsos!
*_Kepicikan pola pikir membentuk seseorang menjadi “fanatik, arogan, merasa benar sendiri, tidak mau mengakui dan tidak mau melihat prestasi orang lain dan cenderung suka menyalahkan orang lain serta selalu cari kambing hitam”._*  Pola pikir sejenis ini tidak hanya menjangkiti   _“orang-orang kampung dari Nazaret yang sok tahu”,_ melainkan juga _“kaum elite dan terpelajar kaum Farisi, Imam-imam dan para ahli Taurat”! *Situasi yang mirip dengan 2000 tahun lebih itu pun itu masih terjadi pada zaman millenial saat ini!* Berbagai kebohongan dan berita fitnah serta "hoax"_ dianggap sebagai _"kebenaran" karena mempunyai 'follower" yang banyak!_

Itulah yang menyebabkan pula para nabi, TUHAN YESUS dan para Rasul mengalami tantangan berat itu. Nabi Yeremia yang dipanggil dan diutus TUHAN _“sejak dalam rahim ibunya telah ditetapkan menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (lihat Yer. 1: 5)_ juga mendapat tentangan dan penolakan dari para penguasa dan rakyatnya. *_Tetapi ALLAH tidak membiarkan orang pilihan-NYA itu berjuang sendirian. TUHAN akan terus menyertai setiap orang yang dipanggil-NYA dan berusaha keras menjalankan misi perutusan-NYA serta menjanjikan ganjaran bagi siapa pun yang tetap setia sampai akhir._*

Kita pribadi masing-masing juga mendapatkan panggilan serta misi perutusan sesuai dengan talenta atau bidang tugas yang menjadi kesibukan dan perhatian kita sehari-hari. *_Kiranya semua itu dapat kita jalankan secara benar, adil, jujur, konsisten dan konsekuen._* Memang pasti akan selalu muncul banyak tentangan, penolakan, ancaman atau berbagai godaan. *_Jangan takut! Jangan khawatir dan jangan gentar!_*, demikian pesan TUHAN kepada Nabi Yeremia dan setiap nabi yang telah dipilih-NYA, juga kepada para Rasul dan kepada kita masing-masing pesan itu tetap berlaku!

Untuk itu kita harus menjalani panggilan serta misi perutusan kita *_berlandaskan pada kasih: kasih kepada TUHAN dan kepada sesama kita._* _*Inilah sumber kekuatan dan sumber energi batin kita!*_ _Hidup, karya dan segala pengorbanan kita akan sia-sia tak berguna, bila tidak berdasar pada kasih! (lihat 1Kor. 13: 1-3)._ _“Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku” (1Kor: 13: 3)._ Rasul Paulus menegaskan kasih itu secara rinci: _“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. ....Kasih tidak berkesudahan.." (ayat 4-10)._ Bahkan _*di antara iman, pengharapan dan kasih, ... ”yang paling besar di antaranya ialah kasih”* (ayat 13)._ Apa sebenarnya makna kasih itu dalam pengalaman hidupku?

_Ya YESUS, Sumber Kasih, ajarilah aku untuk mengasihi-MU dan sesamaku. Ampunilah aku karena sering menilai sesamaku secara sempit menurut pikiranku yang picik. Berilah aku Terang ROH KUDUS-MU, agar aku dapat memilih dan memilah: mana yang benar, baik dan berkenan pada-MU. Amin._

Catatan Bacaan:
• Yer. 1: 4-5, 17-19;
• Mzm. 71: 1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; 
• 1Kor. 12: 31 - 13: 13
  (1Kor. 13: 4-13); 
• Luk. 4: 21-30.
_PK/hr._
_*Renungan Canggih Untuk Kehidupan*_