Latest News

Showing posts with label semangat. Show all posts
Showing posts with label semangat. Show all posts

Monday, September 13, 2021

SEMANGAT LEBIH.

SEMANGAT LEBIH.

Bacaan-bacaan Suci  hari ini menunjukkan secara khas tentang kristianitas kita. Menjadi pengikut KRISTUS adalah suatu panggilan. Dan tidak tanggung- tanggung lagi tuntutan TUHAN YESUS ini kepada para pengikut-NYA, yaitu "Kita dituntut menjadi sama seperti BAPA di Surga, menjadi sempurna seperti BAPA-mu di Surga!" Atau, pada perikop Injil hari ini YESUS menuntut kita untuk berbelas kasih, bermurah hati serta mempunyai  semangat lebih  dalam hal cinta kasih. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti BAPA-mu adalah murah hati" (Luk. 6: 36).  Bagaimana mungkin kita manusia yang berdosa mempunyai karakter yang sama atau serupa dengan ALLAH BAPA? Mana mungkin?  Memang kalau dipikir secara rasional, hal itu tidak mungkin. Akan tetapi, beriman bukanlah sekedar berkutat atau hanya mengandalkan pada rasio manusia. Beriman harus jauh lebih dalam dari pada sekedar kemampuan otak sehat, yaitu mengandalkan belas kasih dan kekuatan dari ALLAH sendiri. "Sebab bagi ALLAH  tidak ada yang mustahil" (Luk. 1: 37). Sikap beriman harus bisa seperti yang dilakukan oleh Bunda Maria : "Sesungguhnya aku ini adalah hamba TUHAN, jadilah padaku menurut perkataan - mu (Malaikat) itu" (Luk. 1: 38). 
Sikap sebagai hamba yang harus taat pada perintah-NYA. Sering kali sikap ini yang kita lupakan, kita lebih "bossy" dari pada ALLAH, lebih hebat dan rasional karena sudah  dibuktikan secara tehnokratis, profesional dan computerized oleh para pakar. Beriman harus dilandasi dengan sikap rendah hati dan pasrah secara total (bukan setengah- setengah!) kepada Kehendak dan Rencana- NYA. 

Kembali ke perikop Injil hari ini, kita bisa katakan sebagai ajaran universal dari semua agama atau keyakinan manapun : "Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka" (Luk. 6: 31). Atau dapat juga dikatakan "Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu" (ayat 38). Meskipun, dari pengalaman hidup kita terkadang perlakuan orang terhadap kita sama sekali jauh dari harapan kita, tidak sesuai dengan apa yang kita perbuat  bagi mereka. Kita berlaku baik, misalnya  menolong atau  menghormati orang dan bersikap toleran terkadang dibalas dengan sikap tidak simpatik, tidak bersahabat, curiga dan tidak membalas dengan sikap hormat, malahan cenderung menghina dan melecehkan serta bersikap "nyinyir". Apakah kita berhenti pada sekedar berbuat baik, menghormati perbedaaan atau bersikap toleran? Apakah kita akan membalas dengan ejekan, sinis dan sarkastis atau perlakuan kasar lainnya, kalau kita sudah berbuat baik namun dibalas dengan sikap yang meremehkan? Kalau sikap ini yang diambil, maka kita masih bermental "manusia lama"; kita belum menjadi "manusia baru" (padahal dengan pembaptisan itu kita sudah diakui sebagai "manusia baru"! ). 

Menjadi pengikut KRISTUS, harus bisa bersemangat lebih dalam segala hal! "Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka" (ayat 32). 

Bersemangat lebih dalam hal cinta kasih adalah bilamana kita sudah mampu memenuhi tuntutan YESUS seperti ini : "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu" (ayat 27, 28).  Bila dalam hati kita masih tersimpan bara untuk membalas dendam atau mencelakakan mereka, rasanya tidak mungkin kita memenuhi tuntutan YESUS  itu! 
Bila kita masih dilandasi sikap "hutang gigi, dibalas gigi, hutang nyawa dibalas nyawa", maka mustahil kita bisa bersemangat lebih seperti harapan- NYA! 
Meskipun sangat, sangat dan amat sangat sulit, namun kalau kita benar-benar mengaku pengikut KRISTUS sejati, bukan sekedar "Katolik KTP", kita harus dapat sampai pada taraf "memberikan pipi kita yang kanan bila pipi kiri ditampar" atau tidak menuntut kembali kepada orang yang mengambil atau merugikan hak kita (lihat ayat 29 dan 30). 

Ajaran TUHAN YESUS ini nampak mustahil diterapkan pada zaman yang konon "demokratis" di mana diakui secara resmi kesetaraan hak. Atau ada juga yang mengkritik ajaran-NYA ini sebagai "sikap yang banci, loyo, gampang menyerah kalah." Sikap kritis ini tidak tepat, karena perintah "kasihilah musuhmu" tidak identik dengan sikap kompromistis,  malas dan enggan menemui kesulitan dalam menjalankan perbuatan atau mengambil langkah yang baik dan positif! 

"Kasihilah musuhmu" juga tidak sama dengan sikap "menyerah kalah sebelum bertanding" atau bersikap malas, sebelum berusaha. YESUS sama sekali tidak mengajarkan kemalasan ataupun bersemangat loyo! Sebaliknya, kita harus bersemangat lebih! Bila kita berhadapan dengan masyarakat yang majemuk,  kita harus "cerdik seperti ular, tetapi tetap tulus seperti merpati!".

"Kasihilah musuhmu" adalah suatu penalaran cinta kasih yang susah dimengerti  dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Namun, inilah perintah dan ajaran-NYA yang datang dari ALLAH. Inilah kasih sejati yang datang dari ALLAH. Hanya orang yang hidup dalam kasih ALLAH mampu mencintai musuhnya!   Meski sulit, cobalah lakukan Firman-NYA itu!

Menggaris bawahi ajaran Gurunya, Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama juga menekankan bahwa menjadi pengikut KRISTUS  berarti kita dipilih dan dipanggil untuk menjadi "manusia baru" yang diharapkan menjadi kudus. "Manusia baru" yang mengenakan keutamaan-keutamaan "belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran" (Kol. 3: 12).  
Dalam hidup bermasyarakat terutama yang bersifat majemuk seperti masyarakat kita, keutamaan- keutamaan itu perlu diperhatikan dan dipraktekkan! "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti TUHAN telah mengampuni kamu, perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu : kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan" (ayat 13, 14). 
Bila dipraktekkan dalam masyarakat, terutama dalam menghadapi masa pandemi saat ini, semangat kasih itu harus dapat kita wujudkan dalam langkah dan perbuatan yang membangun, mendidik,  mempersatukan dan menyempurnakan, bukan yang bersifat merusak, menghancurkan dan memecahbelah persatuan. 
Sebagai pengikut KRISTUS di Indonesia ini, kita harus mampu membangun "budaya kehidupan" (culture of life) bukan "budaya kematian" (culture of death) ; budaya yang memberikan harapan dan optimisme, bukan budaya yang menanamkan keputusasaan dan pesimisme! 
Apakah kita sanggup?

Ya TUHAN YESUS, ajarilah kami bahasa cinta-MU. Biarlah kami dapat saling mencintai sesama dan masyarakat kami dengan semangat lebih, yaitu semangat cinta-MU yang sejati. Ubahlah semangat dan sikap hati kami seperti semangat-MU dan sikap Hati-MU. Amin.

Bdk
* Kol. 3: 12-17; 
* Mzm. 150: 1-2, 3-4,
   5-6;
* Luk. 6: 27-38.
PK/hr