Latest News

Showing posts with label hukum kasih. Show all posts
Showing posts with label hukum kasih. Show all posts

Friday, May 20, 2022

Komunitas Kasih

*Umat Kristiani:*  *Komunitas Kasih*
Ada anggapan bahwa cinta kasih adalah _perasaan_ kita terhadap seseorang. Jika kita tidak suka pada seseorang, perasaan ini akan terus menguasai kita. Sekali kita tidak menyukai seseorang, sulit sekali kita dapat mengasihi dia. Banyak orang mengikuti anggapan seperti itu. Namun, pandangan ini berbeda dengan _“kasih”_ yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Kasih orang Kristiani bukan didorong oleh perasaan suka atau tidak suka, melainkan oleh _*dinamika hidup*_ yang kita terima dari Kristus Tuhan.
    Orang Kristiani _telah menerima kasih dan hidup Allah:_ Bapa mengasihi Yesus dan mengutus Dia untuk mengasihi kita, selanjutnya Yesus mengasihi kita dan mengutus kita untuk mengasihi sesama. _Ketika kita mengasihi_ seseorang dengan kasih yang tulus _(kasih sejati),_ itu terjadi karena kita _*digerakkan oleh kasih Allah* yang tinggal dalam diri kita dan yang bekerja melalui kita._ Kita tetap tinggal dalam kasih Kristus bila kita _*menaati perintah-Nya*_, sebagaimana Kristus menaati perintah Bapa dan tinggal dalam kasih-Nya. _Apa perintah Kristus itu?_
    Dalam perikop _Injil hari ini_ dua kali Tuhan Yesus memberi perintah yang sama: _“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi.… Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh.15: 12,17)._ 
    Sabda ini bukan hanya pesan, tetapi _*perintah*_. Itu berarti, di antara para murid Kristus, saling mengasihi bukanlah “sesuka hati”: bila suka, kita melakukannya; bila tidak suka, tidak melakukannya. Sebaliknya, apabila kita tahu bahwa seseorang dari keluarga Allah, kita _*harus menanggapi orang itu sebagai saudara, tidak peduli apa perasaan kita terhadapnya*_. 
    Itu tidak berarti bahwa kasih itu tanpa perasaan. Ketika mengasihi seseorang, kita _berempati,_ yaitu _ikut merasakan apa yang dialami orang itu,_ seperti nasihat Rasul Paulus: _“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” (Rom.12: 15)._ Menyatakan kasih dengan perbuatan lebih terasa daripada dengan kata-kata.
    Perintah Yesus selanjutnya: _“Supaya kamu saling mengasihi, *seperti Aku telah mengasihi kamu*_.” _Kasih Kristus harus menjadi *model* (teladan) untuk kasih kita._ Seperti apa kasih Yesus itu? Ia menjelaskan: _“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh.15: 12,13)._ Kasih Yesus tuntas sempurna: Ia _memberikan nyawa-Nya_ untuk kita.
    Jadi, apakah kita juga harus _*“mati* bagi sesama”?_ Dalam kasus tertentu, bisa saja begitu. Tetapi, _“memberikan nyawa”_ juga berarti _*“membaktikan hidup”* dan *berkorban* bagi sesama.”_ 
    *Idealisme* kasih Yesus itu bukanlah sesuatu yang mustahil. _Kasih itu sudah dicurahkan pada diri kita dan menjadi kekuatan hidup kita._ Perintah-Nya adalah _panggilan_ agar kita sampai pada _kepenuhan hidup_ dan _kepenuhan kasih;_ agar kita menjalani _hidup yang sebenarnya_ dan _kasih yang sejati._ Perintah itu bukan dari seorang Tuan kepada para hamba, melainkan _sharing_ antar-sahabat. _“Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (ay. 14,15)._ 
    Yesus hendak *menanamkan kasih antar-sahabat* itu di antara para murid-Nya. _“Dengan demikian, semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh.13: 35)._ Kasih antar-umat Kristiani merupakan _*kesaksian hidup*_ bahwa kita adalah _*orang yang dikasihi dan diselamatkan oleh Allah*_. – _Sudahkah komunitasku memberi kesaksian seperti itu?_ 
    Tetapi, kasih di antara umat bukan untuk membuat kita menjadi kelompok eksklusif yang tertutup. Sebaliknya, Yesus _*mengutus kita*_ agar hidup kita _terus-menerus memberikan manfaat_ bagi semua orang. _“Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap.” (Yoh. 13:16)._ *Bertolak dari komunitas Kristiani* sebagai _basis,_ kita _diutus untuk *peduli pada semua orang*, terlebih mereka yang menderita, dengan *memperjuangkan kebaikan umum dan kesejahteraan bersama*_. – _Bagaimana selama ini aku melaksanakan amanat Tuhan ini, secara pribadi dan sebagai komunitas?_ 

_*Komunitas kasih*_ itu terus tumbuh dalam Gereja Perdana, dengan segala permasalahannya, terlebih setelah Injil diwartakan kepada bangsa non-Yahudi. Dikisahkan dalam _Bacaan Pertama,_ suatu ketika warga Kristiani dari bangsa lain di Antiokhia menyampaikan keberatan mereka untuk menjalankan sunat dan mengikuti Hukum Musa. 
    Dalam _sidang di Yerusalem,_ sesudah _bertukar pikiran_ dan _mendengarkan semua pihak,_ dicapai keputusan: warga Kristiani dari bangsa Yahudi dapat menerima bahwa warga Kristiani non-Yahudi tidak diwajibkan untuk sunat. Sebaliknya, warga Kristiani dari bangsa lain di Antiokhia, Siria dan Kilikia bisa menerima empat hukum Musa: _menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah (Kis.15: 20)._ Keputusan itu disampaikan lewat dua utusan dengan membawa surat resmi. Semua gembira atas keputusan itu dan percaya bahwa itu merupakan karya Roh Kudus. _Itulah komunitas kasih, yang warganya dapat saling menerima._
    _Proses mengambil keputusan dengan mendengarkan masukan dari semua pihak ini menjadi teladan bagi setiap komunitas Kristiani, mulai dari tingkat Lingkungan, Paroki, Keuskupan, hingga *Sinode* Gereja Semesta._
_Ya Yesus Tuhan, curahkan rahmat-Mu supaya aku dapat mengasihi sesama dengan mengikuti teladan kasih-Mu. Semoga kasih-Mu yang berasal dari Bapa terpancar lewat berbagai komunitas Kristiani kepada semua orang. Amin._
Referensi:
*HARI BIASA PEKAN V PASKAH*
• Kis. 15:22-31; 
• Mzm. 57:8-9.10-12; 
• Yoh. 15:12-17.
_RS/PK/hr._
Asiiik.com

Saturday, September 4, 2021

HUKUM KASIH LEBIH UTAMA.

HUKUM KASIH LEBIH UTAMA.

Kalau ada pertanyaan sederhana seperti ini, apa jawabannya: "Manakah yang harus didahulukan: Makan atau berdoa?" Tentunya spontan akan dijawab: Berdoa dulu sebelum makan. Itu benar, kalau memang sudah ada makanannya. Kalau belum ada makanan, lain lagi masalahnya. Bukankah biasanya orang baru dapat berdoa dengan baik, jika perutnya sudah isi? Konflik pandangan yang nampaknya sederhana ini terjadi antara TUHAN YESUS dan orang-orang Farisi.

Dalam perikop Injil hari ini, TUHAN YESUS lebih mendahulukan kebutuhan makanan daripada aturan Hari Sabat. Hukum Sabat itu juga penting dan perlu. Akan tetapi bagi YESUS ada hukum yang lebih utama, yaitu: "Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka." (Luk. 6: 31). Hukum itu tidak lain adalah hukum kasih. TUHAN YESUS paham betul kebutuhan para murid-NYA. Karena itu IA mengizinkan mereka untuk memetik bulir gandum dan memakannya meski bertepatan pada hari Sabat. Sementara itu, orang Farisi melihat Hukum Sabat sebagai yang utama, dan yang paling penting bagi mereka adalah apa yang tertulis secara harfiah, itulah yang mutlak harus dipatuhi.

Masalahnya adalah bahwa orang Farisi memandang hukum sebagai hukum yang tertulis dan tersurat, bukan semangatnya atau apa yang tersirat. TUHAN YESUS mengembalikan dasar hukum yang tertulis, yaitu cinta ALLAH yang mendasari Hukum Taurat. Maka cinta mendahului tulisan hukum. Oleh karena itu, menjalankan tindakan kasih jauh lebih penting daripada sekedar memenuhi Hukum Sabat yang tertulis. TUHAN YESUS menunjukkan  kepada orang Farisi bahwa tindakan kasih merupakan panggilan ALLAH yang harus dipenuhi oleh setiap orang. Ini berarti bahwa Hukum Sabat harus dilaksanakan dengan semangat baru, yaitu semangat kasih, jadi tidak asal memenuhi apa yang tertulis dalam hukum itu saja. Lebih dari pada itu, mengasihi ALLAH dan semua ciptaan ALLAH sebenarnya tanpa memandang hari dan waktu; hal itu harus diwujudkan kapan saja dan di mana saja. Dan satu hal lagi  prinsip yang ditekankan oleh YESUS adalah: "ANAK MANUSIA adalah TUHAN atas hari Sabat." (Luk. 6:5).

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kita berhadapan dengan banyak peraturan dan hukum. Negara kita pun menyebut diri sebagai negara hukum. Menjadi murid atau pengikut KRISTUS bukan berarti menolak semua hukum yang ada. Sebaliknya, menjadi murid atau pengikut YESUS harus dapat menjadi teladan dalam mematuhi dan menegakkan hukum, sepanjang hukum itu mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, cinta kasih, kesejahteraan demi mencapai kehidupan manusia yang bermartabat serta untuk kepentingan dan kesejahteraan umum (bersama), atau kita kenal dalam Ajaran Sosial Gereja sebagai "bonum commune". Mari kita belajar bersama dalam mengkritisi diri kita sendiri, jangan-jangan kita menjalankan aturan hukum hanya untuk kepentingan pribadi, golongan atau kelompok sendiri, dan mengabaikan kehidupan kemanusiaan yang lebih baik dan adil serta kesejahteraan bersama. 

Rasul Paulus berpesan kepada umat di Kolose seperti terdapat dalam Bacaan Pertama, bahwa "kamu harus  bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil." (Kol 1: 23). Pesan itu juga ditujukan kepada kita para pengikut KRISTUS sekarang dengan satu penekanan lagi agar kita juga berlimpah dalam kasih: kasih kepada ALLAH yang dinyatakan juga dalam kasih kepada sesama, terutama mereka yang membutuhkan perhatian, bantuan dan kepedulian khususnya yang menyangkut keadilan, kesetaraan dan kesejahteraan. Terlebih pada masa pandemi ini kita perlu tingkatkan kepedulian dan bela rasa kita kepada sesama.

Secara khusus pada Hari Sabtu Pertama yang merupakan Hari Sabtu Imam ini marilah kita juga tingkatkan kepedulian kita kepada Sri Paus, Bapa Suci Fransiskus, para Bapa Uskup dan semua imam di Keuskupan dan paroki kita masing-masing, yang diwujudkan dalam doa untuk mereka agar mereka tetap setia pada panggilan mereka dan tabah dalam menjalankan tugas pastoral mereka khususnya pada masa sulit masa pandemi saat ini. 

Ya YESUS, ajarilah aku untuk dapat mematuhi hukum kasih-MU dan segala hukum yang berlaku di negaraku dengan semangat kasih-MU. Aku juga berdoa untuk Bapa Suci, para Uskup dan imam, kiranya tetap memperoleh limpahan kasih-MU dan kekuatan serta penerangan ROH KUDUS-MU. Amin. 

Bdk
• Kol. 1: 21-23; 
• Mzm. 54: 3-4. 6. 8;
• Luk. 6: 1-5.
PK/hr.