Latest News

Showing posts with label Pengampunan Dosa. Show all posts
Showing posts with label Pengampunan Dosa. Show all posts

Sunday, February 7, 2021

Pengampunan Dosa Memulihkan Kehidupan

 🆁🅰🅶🅸 Jumat 15 Januari 2021
Pekan Biasa 1
• Ibr. 4:1-5.11; 
• Mzm 78:3.4bc.6c-7.8; 
• Mrk 2:1-12.

Pengampunan Dosa 
Memulihkan Kehidupan 

Kemalangan paling besar yang dialami manusia adalah berada dalam situasi dosa dengan segala kerusakan yang diakibatkannya. Dosa memutuskan hubungan kita dengan Allah, sumber hidup dan segala kebaikan. Sebaliknya, kemujuran dan kebahagian manusia yang paling besar adalah pengampunan dosa. Pengampunan dosa memulihkan relasi kita dengan Allah. Yesus Putra Allah telah datang ke dunia untuk menyambung kembali relasi yang terputus itu. Dialah yang berkuasa mengampuni dosa. Kabar gembira inilah yang diwartakan oleh Bacaan Injil hari ini: Yesus memperlihatkan kuasa-Nya itu di depan sejumlah orang.
    Di kota Kapernaum, Tuhan Yesus sedang mengajar banyak orang di sebuah rumah. Ruangannya penuh sesak sehingga orang tidak bisa bergerak keluar-masuk. (Inilah cerminan komunitas Kristiani masa awal: jemaat berkumpul untuk merayakan Ekaristi di rumah warga. Yesus hadir di tengah mereka. Sebagian orang berada di dalam, yang lain di luar – mirip juga dengan situasi Misa Lingkungan sebelum pandemi). Sementara itu datanglah empat orang yang menggotong seorang lumpuh. Mereka kelewat ingin menghadap Yesus. Karena terhalang banyak orang, mereka membongkar atap rumah dan menurunkan orang sakit itu tepat di depan kaki Tuhan Yesus. 
    Yesus tergerak oleh entusiame, kebulatan hati, serta iman kepercayaan yang Ia lihat pada para pembawa orang lumpuh itu – inilah prasyarat utama untuk penyembuhan. Yesus berkata kepada si lumpuh, "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Perkataan ini tentu mengejutkan si sakit. Ia datang untuk mencari kesembuhan, bukan pengampunan dosa. 
    Para ahli Taurat yang juga ada di situ pun terkaget-kaget, "Mengapa orang ini berkata begitu? Hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa.” Kata-kata mereka itu betul sekali! Yang keliru adalah kesimpulan mereka bahwa Yesus menghujat Allah. Seharusnya mereka menarik kesimpulan: “Kalau begitu, Yesus ini adalah Allah.” Mereka tidak sampai pada kesimpulan itu. 
    Yesus menantang mereka, “Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” Tentu saja, mengatakan “Dosamu sudah diampuni” jauh lebih mudah. Tetapi Yesus berkata “Bangunlah, angkatlah tilammu dan pulanglah!” dan seketika itu juga sembuhlah penderita lumpuh itu. 
    Orang Yahudi pada zaman itu beranggapan bahwa ada kaitan erat antara penyakit dan dosa, baik dosa pribadi maupun dosa orangtua (lihat kisah orang yang buta sejak lahir dalam Yoh. 9). Jadi, orang yang digotong tadi menderita lumpuh karena adanya suatu dosa dalam hidupnya. Jika Yesus membuat orang lumpuh itu sembuh, itu tidak lain karena Yesus sudah menghapus dosa yang menyebabkan kelumpuhannya. Dengan demikian, nyatalah bahwa Yesus memang berkuasa mengampuni dosa. Itulah kabar sukacita Injil.
    Namun, para ahli Taurat tidak mau mengakui adanya kuasa ilahi pada Yesus. Itu mengancam posisi mereka dalam agama Yahudi. Penolakan para ahli Taurat bahkan akhirnya memuncak pada rencana untuk membinasakan Yesus. 

Bacaan pertama hari ini mengingatkan, agar kita tidak mencontoh orang Yahudi yang tidak percaya itu. "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku”. (Ibr 4:5-6). Sebutan “perhentian Allah” berasal dari “hari ketujuh”, ketika Allah berhenti sesudah menciptakan langit dan bumi. “Perhentian Allah” berarti tempat kediaman-Nya di surga. “Perhentian Allah” juga berarti Tanah Terjanji, perhentian akhir Eksodus bagi umat yang dipimpin oleh Yosua. Selanjutnya, “perhentian Allah” juga berarti “Tanah Terjanji surgawi” bagi umat Perjanjian Baru, yang dipimpin oleh Yesus. “Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.” (Ibr 4:11). 

Orang lumpuh dalam Injil tadi mewakili semua orang yang menderita lumpuh dalam berbagai bentuk lain: yaitu orang yang tidak dapat bergerak untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Situasi dosalah yang menyebabkan kelumpuhaan itu: yakni sikap mementingkan diri sendiri, sikap acuh tak acuh dan tidak adanya komitmen di berbagai segi kehidupan, baik dalam relasi dengan sesama, relasi dengan komunitas agamanya, dengan ingkungan masyarakat, dengan diri sendiri, maupun dalam relasi dengan Tuhan. 
    Agar disembuhkan dari kelumpuhan akibat dosa, kita mesti bersikap seperti orang lumpuh itu: memperlihatkan iman kepercayaan yang teguh pada Tuhan, mengakui dengan jujur kelumpuhan kita, berserah sepenuhnya pada-Nya, dan percaya pada kuasa-Nya untuk mengampuni dosa, penyebab kelumpuhan kita.
    Tuhan Yesus telah menghadapi perlawanan pada zaman-Nya. Kita pun dapat bertanya kepada Tuhan, tantangan seperti apa yang dihadapi oleh para murid-Nya pada zaman sekarang, khususnya pada masa pandemi dengan masalah sosial-ekonomi dan sosial-politik di negara kita. 

Ya Tuhan Yesus yang penuh kuasa, bebaskan aku dari kelumpuhan akibat dosa-dosaku. Berilah aku kekuatan untuk bangkit, menghadapi berbagai tantangan sebagai murid-Mu. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas. AMDG. Berkat TUHAN.
RS/PK/hr