Latest News

Sunday, November 7, 2021

Mengikut Kristus Menempuh Jalan Kasih-Nya

 🆁🅰🅶🅸 Jumat, 29 Oktober 2021.
Hari Biasa Pekan Biasa XXX
• Rm. 9:1-5; 
• Mzm.147: 12-15. 19-20; 
• Luk. 14:1-6.

Mengikut Kristus 
Menempuh Jalan Kasih-Nya

Rasul Paulus itu biasanya tampil sebagai pribadi yang tegar, optimis dan penuh semangat. Tetapi ternyata ada masalah yang membuat dia sungguh sangat bersedih dan kecewa, yaitu karena kebanyakan saudara sebangsanya menolak Yesus sebagai Mesias. Dalam Bacaan Pertama hari ini ia menulis, “Aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.” (Rom 9:2-3). 
    Paulus bersedia dikutuk dan dikucilkan dari komunitas Kristiani sekiranya itu membawa pertobatan pada saudara-saudara sebangsanya.
    Orang-orang Yahudi itu bangsa yang dipilih Allah: kemuliaan Allah dari waktu ke waktu dinyatakan pada umat ini; Allah mengikat perjanjian dengan para bapa bangsa mereka; mereka menyembah satu Allah yang benar; mereka menerima Hukum sebagai ungkapan kehendak Allah; mereka menerima janji akan datangnya Sang Mesias; dan akhirnya mereka memiliki pertalian jasmani dengan Yesus Kristus, anak Daud. (Lihat ay. 4-5). Mereka mempunyai tempat yang sangat istimewa dalam rencana keselamatan Allah, tetapi mereka justru menolak Yesus sebagai pemenuhan janji itu. Itulah sebabnya mengapa Paulus begitu sedih dan kecewa.
    Kita pun perlu berefleksi, apakah kita, yang sudah menerima keistimewaan sebagai anak-anak Allah dalam Kristus, ternyata mengecewakan seperti bangsa terpilih itu? Kita masing-masing tentu mempunyai riwayat istimewa dalam rencana keselamatan Allah, sehingga kita terpilih untuk dibaptis menjadi murid Kristus. Ada yang dipilih karena lahir dari keluarga Kristiani atau berelasi dengan orang Kristiani, atau lewat cara istimewa yang lain. Jangan sampai terjadi, sesudah menerima segala anugerah istimewa sebagai orang Kristiani, hidup kita mengecewakan karena kita tidak setia dalam mengikuti jalan Kristus dan mengabaikan ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Penolakan terhadap Kristus oleh orang-orang Yahudi itu sudah terjadi sejak Tuhan Yesus berkarya di Palestina. Sebagaimana diceritakan dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus diundang makan di rumah seorang Farisi. Di situ Ia dijebak untuk menyembuhkan orang sakit busung air pada hari Sabat. “Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.” (Luk 14:1). Bila Yesus menyembuhkan orang itu, akan terbukti Ia melanggar hukum Sabat, maka mereka mempunyai alasan untuk menindak-Nya.
    Tetapi Yesus mengajak para pemuka agama itu mengevaluasi tafsiran Hukum mereka dengan bertanya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" (Ay. 3) Ternyata tidak ada jawaban. Mereka takut, jawaban mereka akan diserang balik oleh Yesus.
    Maka Tuhan “memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.” Para pemuka Yahudi tidak dapat mempersalahkan Yesus bahwa Ia melanggar hukum Sabat, sebab saat ditanya tadi mereka diam saja.
    Tuhan Yesus bertanya lagi, "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" (Ay. 5). Isi pertanyaan Tuhan ini sangat jelas: menyelamatkan nyawa tidak bisa ditunda-tunda dengan alasan Hukum. Lagi-lagi tidak ada jawaban, sebab kata-kata Yesus itu benar adanya; semua orang tentu menyetujuinya. Tetapi, jika menyatakan setuju, itu berarti mereka menerima prinsip Yesus, bahwa kasih harus lebih diutamakan daripada peraturan Hukum. Karena tidak mau menerima ajaran Yesus, mereka lebih memilih bungkam.
    Mata dan hati para pemuka Yahudi itu sudah tertutup sehingga apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh Yesus harus ditolak. Mukjizat Tuhan Yesus yang terjadi di depan mereka tidak membuat mereka percaya bahwa kekuatan Allah bekerja di dalam diri Anak Tukang Kayu dari Nasaret itu. Mereka takut, aturan Hukum yang mereka rekayasa itu dibuyarkan oleh Yesus.
    Pikiran dan hati Yesus jauh berbeda dengan orang-orang Farisi. Ketika menghadapi orang yang sakit tadi, Tuhan tergerak oleh belas kasihan. Hati-Nya pedih melihat orang malang yang “diperalat” itu, dan ingin segera memulihkan keadaannya. Ia menggambarkan si sakit seperti “terperosok dalam sumur” dan segera harus ditolong.
    Kasih Yesus sungguh tidak dapat dihambat oleh tantangan apapun. Kasih seperti inilah yang sedang diajarkan oleh Tuhan Yesus dengan memberi contoh pelaksanaannya, dalam peristiwa dramatis yang penuh tantangan itu.
    Kita orang-orang yang sudah menerima Kristus tidak cukup hanya berdoa memohon dan memuji Nama-Nya. Kita juga harus melaksanakan ajaran kasih-Nya. Jika hendak berbuat kasih dengan menolong sesama, misalnya, kita pun tidak perlu takut menghadapi tuduhan, penilaian negatif atau kritik orang atas tindakan kita itu. Hukum kasih berada di atas semua Hukum lain. Kasih yang murni tidak akan salah arah.

Ya Bapa, betapa agung karya keselamatan yang Engkau laksanakan dalam Putra-Mu dan diwartakan oleh para rasul. Berilah aku hati seperti hati Tuhan Yesus, agar aku dapat mengasihi sesama seperti Ia mengasihi aku. Amin.

Selamat menyambut hari baru. Selamat beraktivitas mengikuti protokol kesehatan. AMDG. Berkat TUHAN.
RS/PK/hr.

No comments:

Post a Comment