Latest News

Sunday, November 7, 2021

Menyiapkan Masa Depan dengan Menggunakan Karunia Tuhan

 🆁🅰🅶🅸 Jumat 5 November 2021
Hari Biasa Pekan Biasa XXXI
• Rm. 15:14-21; 
• Mzm. 98:1-4; 
• Luk. 16:1-8
Hari Jumat Pertama

Menyiapkan Masa Depan dengan Menggunakan Karunia Tuhan

Melakukan langkah cerdik di saat sekarang sebagai persiapan untuk masa depan menjadi kunci keberhasilan suatu negara ataupun perusahaan. Langkah seperti itu juga dilakukan pemerintah Indonesia antara lain dengan membangun infrastruktur di daerah, yang manfaatnya mungkin baru akan terlihat beberapa tahun mendatang. 
    Dalam kehidupan rohani pun berlaku hal yang sama: kita harus melakukan langkah cerdik (bijak) di masa sekarang, menempuh jalan Tuhan menuju keselamatan kekal di masa mendatang. Itulah yang diajarkan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini, dengan perumpamaan yang diambil dari dunia bisnis zaman itu. 
   Yesus menceritakan seorang “bendahara” yang dipercaya untuk mengelola usaha tuannya. Usahanya harus mendapat laba, tetapi si bendahara boleh mengambil laba pribadi dari usaha tuannya. Bendahara ini dilaporkan “menghamburkan” dana majikannya. Maka ia akan di-PHK.
    Dalam situasi krisis seperti itu, si bendahara segera memikirkan nasibnya ke depan. Dengan cepat ia pun menemukan siasat yang akan ia lakukan. Ia akan memanggil rekan-rekan bisnis yang berutang pada tuannya, dan memberi potongan atas utang itu. Utang rekanan yang pertama 100 tempayan minyak, yang kedua 100 pikul gandum. Utang yang satu dipotong 50%, yang kedua 20%, jumlah yang sangat besar. 
    Potongan ini tentu tidak merugikan tuannya. Ini adalah bagian laba yang sedianya akan ia dapatkan dari usaha itu. Ia rela melepaskan bagiannya demi menyelamatkan nasibnya ke depan. (Lihat Luk 16:1-7).
   Bagi rekan bisnisnya tindakan itu pasti menyenangkan. Tetapi, potongan ‘utang materi’ itu sebenarnya dia alihkan menjadi ‘utang budi’. Sebagai balas budi dari relasinya itu si bendahara berharap nanti ia akan mendapat pekerjaan baru (“orang yang menampung aku di rumah mereka” – Luk 16:4). Di luar dugaan, majikannya bukannya marah, tetapi malahan memuji sang bendahara, yang dengan cerdik mengambil langkah sangat menentukan untuk mengatasi kesulitan sebelum waktunya. 
    “Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang,” itulah kesimpulan Yesus dari perumpamaan itu. Orang yang mengurus hal “duniawi” lebih cerdik dalam menangani masa depannya daripada orang “rohani” (“anak-anak terang”). Yesus berharap agar kita pun cerdik menggunakan apa yang kita miliki untuk menyiapkan masa depan. Jangan sampai kita melupakannya karena terlena dengan kesibukan duniawi. 
    Agar di masa depan kita hidup mulia bersama Tuhan dalam Kerajaan-Nya di surga, syukur kepada Allah, Yesus Kristus Tuhan telah mendatangkan Kerajaan Allah ke dunia. Komunitas orang Kristiani (Gereja), yang dijiwai oleh Roh Kudus dan didasarkan atas iman kepercayaan pada Kristus, merupakan perwujudan yang kelihatan dari Kerajaan itu. 
   Kita bersama Gereja dipanggil untuk mengikuti jalan Tuhan dan bekerja bersama Tuhan, mewujudkan Kerajaan-Nya di dunia ini sebagai awal dari Kerajaan-Nya yang abadi di surga. Selain dengan doa dan ibadat, kita mewujudkan Kerajaan itu dalam kasih, persaudaraan, keadilan, dan belarasa terhadap orang yang menderita. 
    Dalam menjalankan tugas panggilan itu, sebagaimana diajarkan Tuhan, kita harus cerdik menggunakan apa yang dipercayakan Tuhan pada kita: entah itu bakat, pikiran, keterampilan, kekayaan, posisi ataupun kekuasaan. Bila dari sekarang kita aktif mewujudkan Kerajaan Kristus, tidak perlu khawatir, masa depan kita dalam Kerajaan-Nya yang abadi dijamin dengan pasti.

Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama memberi teladan bagi kita, bagaimana dengan cerdik ia telah menggunakan karunia khusus yang ia terima dari Allah untuk mewartakan Injil. Kharisma Paulus ialah “menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah.” Inilah “bakat khusus” Paulus. Ia mendapat inpirasi dari nabi Yesaya yang mewartakan, "Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang dia, akan melihat dia, dan mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya." (Lihat Rom. 15:16-21).
    Paulus menunaikan tugas pewartaan Injil dengan sangat baik: ia telah menjangkau wilayah dari Yerusalem (tempat asal pewartaan) sampai Ilirikum (sekarang Albania), ujung dunia pada masa itu. Paulus merasa, itulah yang dikerjakan Kristus lewat dirinya, yaitu ”memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, melalui perkataan dan perbuatan.” Bagaikan seorang imam di bait Allah, Paulus membawa bangsa-bangsa itu sebagai persembahan kudus yang berkenan pada Allah. 
    Seperti St. Paulus, kita pun dipanggil untuk mewartakan Injil melalui perkataan dan perbuatan, dan agar kita dengan bijak menggunakan karunia yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita.

Ya Tuhan, jangan biarkan aku terlena dalam kesibukan duniawi sehingga lupa akan masa depan hidupku. Bangkitkan semangatku untuk mewartakan Injil-Mu dengan apa yang Kauanugerahkan padaku. Amin.

Selamat merayakan Ekaristi dan Adorasi Jumper. Selamat beraktivitas mengikuti protokol kesehatan. AMDG. Berkat TUHAN.
RS/PK/hr

No comments:

Post a Comment