Latest News

Sunday, November 7, 2021

Menyiapkan Hati untuk Tugas Evangelisasi

 🆁🅰🅶🅸 Jumat, 15 Oktober 2021.
Hari Biasa Pekan XXVIII
Peringatan Wajib St. Teresia Avilla, Perawan dan Pujangga Gereja
• Rom 4: 1-8; 
• Mzm 32: 1-2. 5. 11; 
• Luk 12: 1-7.

Menyiapkan Hati untuk 
Tugas Evangelisasi

Setelah mengecam kemunafikan orang Farisi, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya akan bahaya kemunafikan. Dalam Bacaan Injil hari ini Yesus berpesan: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” (Luk 12:1). Perilaku munafik itu merusak dasar-dasar iman. Iman yang benar menuntut kita untuk menghayati ajaran iman di dalam hati dan mewujudkan keutamaan iman itu dalam kehidupan sehari-hari. Sementara orang Farisi menjalankan peraturan agama dengan teliti, tetapi hati mereka penuh kebusukan, dan mereka melakukan manipulasi peraturan demi keuntungan mereka sendiri.
    Pada masa modern ini, banyak orang Kristiani juga terkena penyakit kemunafikan. Mereka mengakui iman Kristiani, mengikuti ibadatnya, sementara hatinya kosong dan tidak mewujudkan ajaran iman dalam kehidupan sehari-hari. Perhatiannya terserap untuk mengejar nilai-nilai duniawi, kebahagiaan semu, dan semakin melupakan Tuhan. 
    Kemunafikan yang paling dalam ialah apabila kita tidak jujur mengenai keadaan kita yang sebenarnya. Kita tidak terbuka baik kepada diri sendiri maupun kepada Tuhan. Kita suka membela diri dan tidak mau menyebutkan keburukan kita dalam hati nurani maupun di hadapan Tuhan. Kita menutup-nutupi keburukan kita supaya dianggap baik oleh Tuhan. 
    Yesus menjelaskan, menutup-nutupi keburukan itu sia-sia dan tidak ada gunanya. “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” (Ay. 2). Sabda Tuhan akan menyingkap semua kepalsuan dan kesucian semu itu, bukan hanya pada pengadilan di akhir zaman tetapi juga dalam masa sekarang.
    Sebelum terlambat, kita mesti membuka diri, mengakui keburukan kita di hadapan Tuhan, lalu bertobat dan berserah sepenuhnya pada belas kasih-Nya. Maka Ia akan berkenan menerima kita, menyelamatkan kita dan menyembuhkan luka-luka batin kita.
    Keyakinan inilah yang diajarkan oleh Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama. Allah tidak memberi syarat bahwa kita harus “menjadi orang suci” lebih dulu agar memperoleh keselamatan. Kita orang berdosa dianggap benar oleh Allah bukan karena jasa perbuatan kita sehingga Tuhan harus memberi imbalan, melainkan karena kita berserah diri dalam iman kepada-Nya. Memang, kita orang Kristiani adalah orang yang sangat bahagia di dunia ini. Paulus mengutip mazmur Daud: "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya; … berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya." (Rom 4:7-8). Dalam keadaan bahagia seperti itu selayaknya kita bersyukur, terus-menerus memperbaiki diri dengan bantuan rahmat-Nya, serta mewartakan kasih Tuhan kepada orang lain.
    Seperti pesan Yesus kepada para murid, ajaran kebenaran yang sudah Ia tanamkan dalam hati mereka jangan hanya disimpan untuk diri sendiri. Ia memberi tugas kepada para murid, Injil-Nya harus disebarkan ke semua orang. “Apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.” (Luk 12:3) 
    Dalam rumah zaman dahulu ada ‘kamar gelap’ tempat menyimpan harta benda yang sangat berharga. Maksudnya, kebenaran Injil yang sangat berharga dan sudah diterima para murid dalam kelompok kecil itu jangan disimpan untuk diri sendiri. Hakikat Gereja adalah evangelisasi, mewartakan kabar baik, membagikan visi Kristus ke seluruh dunia. Setiap orang Kristiani dipanggil untuk tugas pewartaan, dengan berbagai cara sesuai dengan posisi dan kemampuan masing-masing.
    Agar dapat mewartakan kabar gembira lewat kesaksian hidup, kita harus jauh dari “perilaku munafik”, yaitu menjalani perintah Gereja hanya di luarnya saja, sementara hati kita kosong. Kita harus terus mengisi hati kita dengan kehadiran Tuhan dan mendengarkan bisikan sabda-Nya setiap hari.
    Yesus mengalami sendiri bahwa mewartakan Injil itu mengandung risiko ditolak atau dianggap sebagai ancaman bagi pandangan yang berbeda. Maka Ia menyemangati para murid: “Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut.” (Ay. 4). 
    Para sahabat Yesus tidak perlu takut, karena mereka berada dalam lindungan Allah. Perhatian Allah begitu dekat sampai jumlah rambut kepala kita pun Ia ketahui. Dan, burung pipit saja, yang harganya tidak sampai sepeser, tidak dilupakan Allah, apalagi kita sahabat Yesus. (Lihat ay. 6-7).

Hari ini Gereja merayakan pesta Santa Teresa dari Avilla (1515-1582), seorang pembaharu hidup membiara, mistikus dan pujangga Gereja dengan buku-buku rohaninya yang terkenal. Ia diangkat sebagai pujangga Gereja bersama Sta Katarina dari Siena. Kehidupan rohani Suster Karmel ini sangat dalam, dan ia menuliskan segala pengalaman rohaninya dalam buku-bukunya. Dalam perjalanan hidup membiara, ia mengalami pertobatan radikal dalam batinnya.  Pendiri dari beberapa biara ini sangat dekat dengan ALLAH hingga ia berkeyakinan tidak perlu mencemaskan sesuatupun; kalimatnya yang terkenal: Solo Dios basta, artinya Hanya ALLAH, cukuplah! Baginya, ALLAH itu sudah melebihi segalanya. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XIV. 

Ya Yesus Tuhan, isilah hati kami selalu dengan sabda-Mu agar kami dapat beriman pada-Mu dengan penghayatan yang dalam. Kobarkan semangat kami untuk terlibat dalam karya evangelisasi Gereja-Mu. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas dengan mengikuti Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.
RS/PK/hr.

No comments:

Post a Comment