Latest News

Sunday, November 7, 2021

Menyiapkan Hati untuk Tugas Evangelisasi

 🆁🅰🅶🅸 Jumat, 15 Oktober 2021.
Hari Biasa Pekan XXVIII
Peringatan Wajib St. Teresia Avilla, Perawan dan Pujangga Gereja
• Rom 4: 1-8; 
• Mzm 32: 1-2. 5. 11; 
• Luk 12: 1-7.

Menyiapkan Hati untuk 
Tugas Evangelisasi

Setelah mengecam kemunafikan orang Farisi, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya akan bahaya kemunafikan. Dalam Bacaan Injil hari ini Yesus berpesan: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” (Luk 12:1). Perilaku munafik itu merusak dasar-dasar iman. Iman yang benar menuntut kita untuk menghayati ajaran iman di dalam hati dan mewujudkan keutamaan iman itu dalam kehidupan sehari-hari. Sementara orang Farisi menjalankan peraturan agama dengan teliti, tetapi hati mereka penuh kebusukan, dan mereka melakukan manipulasi peraturan demi keuntungan mereka sendiri.
    Pada masa modern ini, banyak orang Kristiani juga terkena penyakit kemunafikan. Mereka mengakui iman Kristiani, mengikuti ibadatnya, sementara hatinya kosong dan tidak mewujudkan ajaran iman dalam kehidupan sehari-hari. Perhatiannya terserap untuk mengejar nilai-nilai duniawi, kebahagiaan semu, dan semakin melupakan Tuhan. 
    Kemunafikan yang paling dalam ialah apabila kita tidak jujur mengenai keadaan kita yang sebenarnya. Kita tidak terbuka baik kepada diri sendiri maupun kepada Tuhan. Kita suka membela diri dan tidak mau menyebutkan keburukan kita dalam hati nurani maupun di hadapan Tuhan. Kita menutup-nutupi keburukan kita supaya dianggap baik oleh Tuhan. 
    Yesus menjelaskan, menutup-nutupi keburukan itu sia-sia dan tidak ada gunanya. “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” (Ay. 2). Sabda Tuhan akan menyingkap semua kepalsuan dan kesucian semu itu, bukan hanya pada pengadilan di akhir zaman tetapi juga dalam masa sekarang.
    Sebelum terlambat, kita mesti membuka diri, mengakui keburukan kita di hadapan Tuhan, lalu bertobat dan berserah sepenuhnya pada belas kasih-Nya. Maka Ia akan berkenan menerima kita, menyelamatkan kita dan menyembuhkan luka-luka batin kita.
    Keyakinan inilah yang diajarkan oleh Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama. Allah tidak memberi syarat bahwa kita harus “menjadi orang suci” lebih dulu agar memperoleh keselamatan. Kita orang berdosa dianggap benar oleh Allah bukan karena jasa perbuatan kita sehingga Tuhan harus memberi imbalan, melainkan karena kita berserah diri dalam iman kepada-Nya. Memang, kita orang Kristiani adalah orang yang sangat bahagia di dunia ini. Paulus mengutip mazmur Daud: "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya; … berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya." (Rom 4:7-8). Dalam keadaan bahagia seperti itu selayaknya kita bersyukur, terus-menerus memperbaiki diri dengan bantuan rahmat-Nya, serta mewartakan kasih Tuhan kepada orang lain.
    Seperti pesan Yesus kepada para murid, ajaran kebenaran yang sudah Ia tanamkan dalam hati mereka jangan hanya disimpan untuk diri sendiri. Ia memberi tugas kepada para murid, Injil-Nya harus disebarkan ke semua orang. “Apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.” (Luk 12:3) 
    Dalam rumah zaman dahulu ada ‘kamar gelap’ tempat menyimpan harta benda yang sangat berharga. Maksudnya, kebenaran Injil yang sangat berharga dan sudah diterima para murid dalam kelompok kecil itu jangan disimpan untuk diri sendiri. Hakikat Gereja adalah evangelisasi, mewartakan kabar baik, membagikan visi Kristus ke seluruh dunia. Setiap orang Kristiani dipanggil untuk tugas pewartaan, dengan berbagai cara sesuai dengan posisi dan kemampuan masing-masing.
    Agar dapat mewartakan kabar gembira lewat kesaksian hidup, kita harus jauh dari “perilaku munafik”, yaitu menjalani perintah Gereja hanya di luarnya saja, sementara hati kita kosong. Kita harus terus mengisi hati kita dengan kehadiran Tuhan dan mendengarkan bisikan sabda-Nya setiap hari.
    Yesus mengalami sendiri bahwa mewartakan Injil itu mengandung risiko ditolak atau dianggap sebagai ancaman bagi pandangan yang berbeda. Maka Ia menyemangati para murid: “Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut.” (Ay. 4). 
    Para sahabat Yesus tidak perlu takut, karena mereka berada dalam lindungan Allah. Perhatian Allah begitu dekat sampai jumlah rambut kepala kita pun Ia ketahui. Dan, burung pipit saja, yang harganya tidak sampai sepeser, tidak dilupakan Allah, apalagi kita sahabat Yesus. (Lihat ay. 6-7).

Hari ini Gereja merayakan pesta Santa Teresa dari Avilla (1515-1582), seorang pembaharu hidup membiara, mistikus dan pujangga Gereja dengan buku-buku rohaninya yang terkenal. Ia diangkat sebagai pujangga Gereja bersama Sta Katarina dari Siena. Kehidupan rohani Suster Karmel ini sangat dalam, dan ia menuliskan segala pengalaman rohaninya dalam buku-bukunya. Dalam perjalanan hidup membiara, ia mengalami pertobatan radikal dalam batinnya.  Pendiri dari beberapa biara ini sangat dekat dengan ALLAH hingga ia berkeyakinan tidak perlu mencemaskan sesuatupun; kalimatnya yang terkenal: Solo Dios basta, artinya Hanya ALLAH, cukuplah! Baginya, ALLAH itu sudah melebihi segalanya. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XIV. 

Ya Yesus Tuhan, isilah hati kami selalu dengan sabda-Mu agar kami dapat beriman pada-Mu dengan penghayatan yang dalam. Kobarkan semangat kami untuk terlibat dalam karya evangelisasi Gereja-Mu. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas dengan mengikuti Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.
RS/PK/hr.

IMAN & MANIFESTASINYA

 🆁🅰🅶🅸 Sabtu, 16 Oktober 2021.
Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII : 
• Rm. 4: 13. 16-18;
• Mzm. 105: 6-7. 8-9. 42-43;
• Luk. 12: 8-12. 

IMAN & MANIFESTASINYA.

Tidak ada jaminan pasti untuk kesetiaan sebuah cinta di antara dua insan manusia. Kerap terjadi orang bisa melanggar janji kesetiaan karena hal-hal sepele. Lihat saja, hal seperti ini sering terjadi dalam pasangan suami-isteri Katolik. Itulah perbedaan antara janji manusia dan janji TUHAN. Hanya TUHAN yang tidak pernah ingkar janji. IA selalu dan pasti tetap memegang serta memenuhi janji-NYA. Ini yang diyakini oleh Abraham sehingga ia berani tetap bertahan meskipun tampaknya tidak ada dasar yang kasat mata untuk bisa percaya.

Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama secara tegas mengatakan bahwa bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, tetapi karena kebenaran yang berdasarkan iman. (bdk Rm. 4: 13)
Karena itu Paulus mengajak kita untuk mensyukuri iman yang telah kita terima. Bahkan Paulus mendoakan secara khusus orang-orang yang telah dengan tekun mempertahankan dan menumbuhkan imannya serta membangun hidup dalam kasih.

Sekurang-kurangnya ada tiga alasan dari ajakan Paulus itu.
Pertama, iman membuat mata hati kita menjadi terang. Kita bisa melihat segala sesuatu dengan jernih, tanpa terhalang oleh kepentingan-kepentingan dan ambisi pribadi. Bahkan dalam hal yang buruk pun kita bisa melihat sesuatu yang baik. Mata hati seperti itu akan menjaga kita untuk tidak mudah jatuh pada pilihan-pilihan yang salah. Jadi, iman akan menjaga dan menyelamatkan kita dari keinginan serta kekuatan jahat, entah dari mana pun dan apa pun bentuknya.
Kedua, iman juga membuat kita melihat Kemuliaan dan Kuasa ALLAH yang menaungi kita. Mengikuti KRISTUS tidaklah sia-sia, selalu ada janji Keselamatan yang diberikan kepada semua orang yang percaya kepada-NYA.
Ketiga, iman akan menyadarkan betapa kita turut ambil bagian dalam kekudusan KRISTUS. IA menjadi Kepala dan kita adalah anggota-anggota Tubuh-NYA. Maka kemuliaan KRISTUS akan menjadi bagian dari kehidupan kita, namun sebaliknya salib KRISTUS juga akan menjadi bagian salib yang tidak bisa terpisahkan dari kita dan harus kita pikul selama kita masih hidup.
Atas kekayaan iman itu, Paulus mengharapkan kita tidak jemu-jemunya mengembangkan iman melalui ketekunan dalam doa, matiraga, puasa dan menerima sakramen-sakramen serta ketulusan dalam kasih dan akhirnya keterbukaan dalam bimbingan ROH KUDUS.

Apakah kita berani menyatakan iman kita secara terbuka di hadapan publik? Lihat saja, pemain bola, bulu tangkis dan atlet Katolik yang menang, secara spontan membuat tanda salib! Soal kecil, tetapi ini salah satu bentuk perwujudan iman. Ataukah kita masih merasa malu atau takut, bahkan coba mengingkarinya?

Dalam perikop Injil hari ini, TUHAN YESUS dengan tegas menyatakan: "Barangsiapa menyangkal AKU di depan manusia, ia akan disangkal di depan Malaikat-malaikat ALLAH." (Luk. 12: 9). Namun ada pernyataan YESUS yang lebih keras: "barangsiapa menghujat ROH KUDUS, ia tidak akan diampuni." (ayat 10). Banyak orang yang kurang paham apa maksud-NYA?

ALLAH menciptakan segala sesuatu dan manusia menurut Citra-NYA dengan dihembus-NYA ROH KUDUS, DAYA HIDUP. TUHAN YESUS yang penuh dengan ROH KUDUS melakukan Karya Agung ALLAH: yang sakit disembuhkan, yang mati dibangkitkan, roh jahat diusir-NYA dan seterusnya. TUHAN YESUS menghembusi para murid-NYA dengan ROH KUDUS, sehingga mereka yang tadinya penakut menjadi pemberani dalam memberikan kesaksian tentang YESUS KRISTUS. Demikianlah karya ROH KUDUS dalam penciptaan, menopang ciptaan dan menebusnya dengan kelimpahan Kasih dan anugerah ALLAH.

Kasih pengampunan TUHAN tidak berkesudahan, tanpa batas ruang dan waktu, dan tanpa syarat. Barangsiapa percaya akan Kerahiman dan belas kasih ALLAH serta bertobat, dia akan menikmati kelimpahan Kasih dan pengampunan ALLAH. Barangsiapa tidak percaya dan tidak bertobat, dia bukan saja menutup diri akan Kerahiman ALLAH, tetapi juga menghujat ROH KUDUS, ROH ALLAH, yang memampukan orang untuk memiliki DAYA HIDUP baru. Pengampunan selalu ada bagi mereka yang percaya dan bertobat.
Oleh Pembaptisan, kita telah dipermandikan dan dikaruniai ROH. Mengimani dan menerima KRISTUS berarti menerima kehadiran KRISTUS dalam wujud ROH-NYA, di dalam diri kita. Bagi YESUS, dosa melawan ROH KUDUS (menghujat ROH KUDUS) adalah dosa paling berat, bahkan tak terampuni, karena merupakan suatu penyangkalan terhadap keberadaan KRISTUS dalam diri kita. Apalah artinya kita menyebut diri pengikut KRISTUS, kalau kita menyangkal DIA yang kita imani!

Ya YESUS, ajarilah aku untuk tetap setia pada imanku; bantulah aku untuk mampu bersabar dan berani bersaksi tentang ajaran-MU yang aku nyatakan dalam tutur kata serta tingkah lakuku. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas pada akhir pekan sesuai Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.
PK/hr.

KEWASPADAAN.

 🆁🅰🅶🅸 Selasa, 19 Oktober 2021. 
Hari Biasa Pekan Biasa XXIX : 
• Rm. 5: 12. 15b. 17-19. 20b-21;
• Mzm. 40: 7-8a. 8b-9. 10-17;
• Luk. 12: 35-38.

KEWASPADAAN.

Dalam Bacaan Pertama, Rasul Paulus mengingatkan kita semua bahwa betapa karena satu orang, yaitu Adam, maka seluruh umat manusia terjangkit oleh dosa. Karena pelanggaran satu orang, maka semua orang terperosok ke dalam kuasa maut. Namun, ia juga memberikan penghiburan bahwa karena satu orang, " Adam Baru", yaitu YESUS KRISTUS, Kasih Karunia ALLAH dilimpahkan kepada semua orang. "Jadi sebagaimana oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua menjadi orang benar...... Dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah" (Rm. 5: 19.20b).

Maka YESUS KRISTUS melapangkan jalan kita untuk memperoleh hidup kekal, yakni kebahagiaan hidup abadi bersama ALLAH TRITUNGGAL. Inilah misteri cinta kasih ALLAH yang tidak dapat disingkapkan oleh akal budi manusia. Rupanya dosa manusia tidak dapat mengecilkan dan meniadakan serta menggagalkan Cinta Kasih ALLAH. Marilah kita bersyukur atas belas kasih ALLAH yang berlimpah-limpah itu.

Meskipun anugerah dan cinta kasih ALLAH berkelimpahan, namun tidak berarti bahwa manusia boleh hidup bebas sekehendak hatinya dengan kembali menggumuli dosa.
TUHAN YESUS di dalam bacaan Injil Lukas hari ini berpesan: "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala" (Luk. 12: 35), seperti halnya seorang hamba yang menantikan kedatangan tuannya. Kebahagiaan seorang hamba, bilamana ia dapat melayani tuannya dengan baik dan memuaskan hatinya. Suasana penantian seorang hamba akan kedatangan tuannya inilah yang dipergunakan YESUS untuk mengingatkan kita betapa kita harus tetap waspada dan berjaga-jaga dalam menantikan Kedatangan TUHAN.
Kewaspadaan merupakan sebuah tindak mawas diri untuk tidak terbuai, terlena atau terbenam dalam suatu kondisi yang mengasyikkan hingga orang lupa diri.
Sikap kewaspadaan demikian yang diingatkan TUHAN YESUS dalam menyikapi dan mengisi hidup dengan iman. Kewaspadaan ini diajarkan-NYA, agar orang yang percaya tetap setia, optimis, seraya mampu menyiapkan diri akan berbagai hal yang akan datang dalam hidup, terutama berkenaan dengan kedatangan kembali TUHAN YESUS  dalam hidup kita.
Sikap setia dan siaga yang dijalankan, lahir dengan sepenuh hati karena iman. Iman akan YESUS KRISTUS inilah yang telah menyelamatkan kita dari dosa dan maut.

Semoga kita mampu mengisi hidup dan memaknainya dalam iman akan YESUS yang menyelamatkan, sambil tetap siap siaga akan berbagai godaan dan penyesatan duniawi yang menjauhkan kita dari jalan TUHAN.

Seperti kita imani, bahwa kedatangan TUHAN tidak bisa ditebak atau diramalkan kapan. Yang pasti, kita hanya diminta untuk berjaga-jaga dan bersiap sedia. Sikap siap sedia itu digambarkan oleh Injil seperti seorang hamba yang menantikan tuannnya. Dalam konteks situasi sekarang kesiapsediaan itu dilakukan dengan senantiasa hidup dengan baik dan benar, jujur, rendah hati, adil, peduli terhadap sesama, tidak suka menipu, tidak mengadu-domba dan mencelakakan orang lain, tidak melakukan korupsi ataupun perbuatan nista lainnya. Namun semua itu harus dijalankan dengan tetap penuh suka cita, tanpa merasa "terpaksa" atau "dipaksa", ataupun dengan perasaan terbebani. Sebaliknya, kita harus melakukan perbuatan baik itu dengan gembira dan penuh sukacita, karena pada akhirnya kita akan berjumpa dengan "Tuan" kita yang membawa sukacita dan kegembiraan sejati.

Kita harus berjaga-jaga jangan sampai hidup kita tertular oleh kejahatan, karena sampai sekarang kejahatan, kelicikan, penipuan, kesewenangan dan pemerasan serta ketidak-adilan dalam masyarakat masih terus mencari mangsanya. Sebaliknya, kita harus bisa menularkan segala kebajikan, semangat bela rasa atau solidaritas sosial dan segala jenis perbuatan yang baik kepada sesama kita yang membutuhkan perhatian dan bantuan terutama pada masa sulit pandemi saat ini. Berjaga-jaga dapat diartikan juga kita menjaga keluarga khususnya anak-anak dan orang muda jangan sampai mereka kejangkitan segala penyakit "kemerosotan moralitas," hidup bebas tanpa batas dan terbenam dalam kekuasaan narkotika atau obat-obat terlarang. Berjaga-jaga juga dapat berupa melindungi anggota keluarga besar lainnya dari pengaruh negatif yang ditularkan oleh media sosial dan alat komunikasi sosial lainnya. Sebaliknya, sebagai orang yang lebih dewasa kita harus bisa menanamkan semangat bekerja keras, bertanggung jawab, disiplin, profesional, jujur, berjiwa ksatria dan kritis serta berani menghadapi resiko. Cobalah kita perhatikan dan laksanakan terus tindakan berjaga-jaga ini baik dalam tataran pribadi, keluarga atau komunitas, maupun tingkat masyarakat dan bangsa yang kini tengah menghadapi krisis identitas dan krisis pandemi Covid-19 ini.

Ya YESUS, bantulah aku untuk sungguh bersedia mendengarkan dan melaksanakan apa yang KAU-kehendaki. Semoga dengan penerangan ROH KUDUS aku mampu ambil bagian dalam proses penyelamatan lingkungan hidupku, keluarga atau komunitasku dan masyarakatku. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas dan mengisi hari libur. AMDG. Berkat TUHAN.
PK/hr.

HAMBA YANG SETIA.




HAMBA YANG SETIA.

Melalui perikop Injil hari ini, TUHAN YESUS masih mau melanjutkan nasehat-NYA kepada para murid untuk tetap waspada, setia dan berjaga-jaga. Sikap terbaik kita ibarat hamba yang tetap sabar, tekun dan setia menanti kedatangan Tuannya.
"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena ANAK MANUSIA datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." (Luk.12: 40).
Hidup kita harus stabil dalam kebaikan. Kalau hidup kita fluktuatif, kadang baik, kadang buruk, hal itu menimbulkan resiko tersendiri. Beruntung jika kita dipanggil TUHAN ketika sedang baik. Tetapi sungguh "apes" kalau ajal menjemput saat kita dalam kondisi yang buruk sekali. Maka langkah yang paling aman adalah hidup stabil dalam kesetiaan, kepatuhan dan kebaikan.
Sanggupkah kita mempertahankan kesetiaan, kepatuhan dan kebaikan itu, sementara kedatangan ANAK MANUSIA sendiri tidak jelas kapan. Inilah tantangan yang kita hadapi: Bagaimana kita tetap bisa berjaga-jaga sekalipun dalam hidup ini kita jumpai banyak kesulitan? Salah satu caranya adalah dengan menganggap seolah TUHAN akan datang segera, entah nanti, besok atau lusa. Dengan demikian maka kita akan terus dalam kondisi berjaga-jaga lewat doa-doa, atau tindakan kasih dan tindak kebajikan lainnya. "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang," (ayat 43) demikian pesan YESUS.

Sikap berjaga-jaga bukan hanya "begadang" atau tidak lengah hingga tidak kecolongan. Sikap berjaga-jaga juga mengandaikan kepekaan akan tanda-tanda zaman dan akan gerakan ROH  dalam hidup kita. Kepekaan itu dapat dibangun dengan membangun sikap reflektif atas pengalaman hidup sehari-hari. Cobalah kita latih dan asah terus kepekaan kita setiap pagi atau malam.

Di bagian lain TUHAN mengingatkan: "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (ayat 48).
Orangtua yang mempunyai anak yang diberi banyak bakat dan ketrampilan serta IQ yang tinggi, pasti mempunyai harapan yang besar terhadap pengembangan diri anak itu. Berbeda kondisinya bila anak itu serba terbatas kemampuan intelektual, emosional dan fisiknya. Terhadap anak seperti itu tuntutan orangtua tidak seberapa. Bisa hidup secara normal dan wajar saja,
sudah bagus.

BAPA kita di surga pun kurang-lebih sikap-NYA sama seperti orangtua itu. DIA akan berharap pada anak-NYA sesuai dengan talenta yang ada padanya. DIA tidak menuntut yang melebihi kemampuan dirinya. Namun, lepas dari bakat pandai atau kurang pandai, trampil atau lamban, rajin atau malas, yang pasti ALLAH menuntut kita semua untuk setia dan taat sepanjang  umur kita. Kesetiaan dan ketaatan kepada-NYA, inilah yang dituntut dari kita semua. Cobalah kita mawas diri, sejauh mana kesetiaan dan ketaatan kita pada ajaran YESUS, terutama dalam hal cinta kasih kepada-NYA dan sesama kita? Bagaimana kesetiaan kita pada keluarga dan pekerjaan atau tugas kita sehari-hari?

Seorang pertapa yang sedang menyapu halaman biara, ditanya oleh seniornya: Seandainya dia hanya diberi waktu hidup satu hari lagi, kira-kira aksi apa yang akan dia lakukan? Pertapa itu dengan tenang penuh percaya diri menjawab: "Aku akan terus menyapu". Menjalankan tugas sehari-hari dengan tekun, jujur, ikhlas, setia dan penuh tanggung jawab serta tanpa mencari pujian, adalah bentuk persiapan untuk menyambut kedatangan TUHAN, yang seorang pun tidak ada yang mengetahuinya kapan itu akan terjadi.

Sementara itu Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama, mengingatkan jemaat di Roma dan tentunya kita juga pada saat ini, agar hidup kita jangan sampai dikuasai oleh dosa dan menuruti semua nafsu keinginan kedagingan. Tubuh kita dengan seluruh anggotanya janganlah untuk berbuat kelaliman melainkan kita serahkan sepenuhnya kepada ALLAH. Dengan demikian hidup beriman kepada ALLAH bukanlah satu hal yang sekali diucapkan dan sekali jadi, ataupun juga bukan seperti  membalikkan tangan, melainkan harus tekun, sabar, ikhlas, jujur dan terus-menerus menjaga dan mengembangkan diri pribadi dan integritas kita menuju kepada kesempurnaan. Sebagai orang beriman kita harus tetap rendah hati dalam menghambakan diri kepada ALLAH, menjalankan segala ajaran-NYA yang disampaikan Gereja serta hidup sehari-hari di tengah masyarakat yang majemuk dan sedang berperang melawan Covid-19 dengan mengutamakan ketaatan, kerukunan, kedamaian, kebaikan dan kesejahteraan bersama serta menjauhi segala bentuk konflik, pertikaian dan permusuhan di antara sesama warga. Sebagai pengikut KRISTUS kita harus dapat menjadi garam, ragi dan terang dalam masyarakat, jangan sampai sebaliknya justru menjadi batu sandungan dengan segala perbuatan yang korup dan tercela. Inilah antara lain bentuk kesiapsiagaan kita dalam menantikan kedatangan TUHAN. Cobalah kembangkan kemampuan Anda sendiri secara kreatif dan carilah bentuk-bentuk tindakan konkrit yang memperkuat kehidupan rohani dan kehidupan bersama dalam keluarga atau komunitas serta masyarakat.

Ya YESUS, ajarilah aku untuk tetap rendah hati serta menjaga kesetiaan, ketaatan dan kemurnian hati dan ragaku. Mampukanlah aku untuk menggunakan talentaku yang bermanfaat untuk kehidupan bersama sesuai dengan Rencana dan Kehendak-MU. Amin.

Bdk
• Rm. 6: 12-18; 
• Mzm. 124: 1-3. 4-6. 7-8;
• Luk. 12: 39-48.
PK/hr.

HIDUP ADALAH PILIHAN.

 🆁🅰🅶🅸 Kamis, 21 Oktober 2021.
Hari Biasa Pekan Biasa XXIX : 
• Rm. 6: 19-23; 
• Mzm. 1: 1-2. 3. 4. 6;
• Luk. 12; 49-53.

HIDUP ADALAH PILIHAN.

Kadang kita tidak tahu kemana kita harus melanjutkan perjalanan. Apa pun yang terjadi, kita harus memilih. Kita tidak bisa berhenti di tengah perjalanan hidup ini begitu saja dan tidak memilih. Hidup itu memang suatu pilihan. "The show must go on".

Sabda TUHAN YESUS hari ini begitu keras dan sangat kontroversial. Bila selama ini kita mendengar Sabda-NYA yang lembut dan menyegarkan. Tapi kali ini sangat keras: "Kamu menyangka bahwa AKU datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-KU kepadamu, bukan damai melainkan pertentangan." (Luk.12; 51).
Iman memang menuntut suatu pilihan yang tegas: mengikuti YESUS secara penuh atau tidak samasekali. Tidak jarang iman tidak bisa tumbuh karena langkah kita diberatkan oleh pelbagai urusan duniawi. Secara tegas YESUS menyatakan bahwa seandainya pun keluarga menentang atau memberatkan, maka orang beriman harus tegas dan mantap memilih untuk mengikuti YESUS.

Mengikuti YESUS tidak berarti menyingkirkan keluarga. Justru mengikuti KRISTUS merupakan jalan untuk menyempurnakan keluarga, karena semakin kita mengikuti KRISTUS, semakin kita dipenuhi oleh Kasih-NYA. Namun tidak jarang pula kadang terjadi konflik normatif, antara Kasih dan tradisi atau kebiasaan yang berlaku di dalam suatu keluarga atau suku. Kita dituntut untuk berani memperjuangkan nilai-nilai iman Kristiani dalam situasi tersebut.

Demikian pula gambaran hidup mengikuti TUHAN YESUS. Apa pun pilihan kita, tentu akan ada reaksi, yang bisa berupa penerimaan, penolakan, atau bahkan tidak dianggap sama sekali. "AKU datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah AKU harapkan, api itu telah menyala!" (ayat 49). 

Api itu membakar semua yang lapuk dan memurnikan, serta memberikan kehangatan di musim dingin dan memberi kehidupan. Api peradilan ALLAH menghancurkan semua yang tidak menyerahkan diri pada daya pembaharuan-NYA. Namun, api juga dapat dipandang sebagai penyebab: api pertengkaran dan pertentangan dalam keluarga, komunitas, masyarakat atau bangsa. Pertentangan itu bukan sekedar "rebutan hak waris" atau harta karun dan kedudukan, tetapi pertentangan karena iman kepercayaan kepada YESUS KRISTUS. Bahkan di lingkungan yang sangat dekat pun bisa timbul konflik: antara ayah dan ibu, anak lawan orangtua, kakak lawan adik, anak menantu dan orangtua menantu, orangtua kita lawan besan dan seterusnya (bdk.ayat 52, 53).

Beriman kepada YESUS adalah suatu pilihan yang sangat serius, pilihan yang radikal, tidak bisa dikompromikan dengan pilihan-pilihan lain. Saat YESUS datang pun sudah ada pertentangan dalam masyarakat Yahudi: Ada yang tertarik dan mengikuti YESUS, tetapi tidak sedikit pula yang kecewa, yang masih suka akan kemapanan dan menolak pembaharuan yang diperkenalkan oleh-NYA. Ternyata, sejak awal kedatangan-NYA sampai hari ini tidak semua orang bisa menerima YESUS KRISTUS, sekalipun ajaran cinta kasih-NYA sangat luar biasa! Karena itu, tidak perlu merasa heran, mengapa sampai sekarang masih saja ada orang atau kelompok yang memusuhi apa saja yang berbau "Kristen."
Hal itu masih juga terjadi di Tanah Air bahkan di seputar tempat tinggal kita, misalnya, berdoa di rumah-rumah warga lingkungan atau wilayah ditentang bahkan dilarang oleh masyarakat sekitarnya, izin untuk mendirikan tempat ibadah jauh lebih sulit daripada mendirikan salon atau panti pijat! Itulah konsekuensi salib yang harus kita pikul demi YESUS!
Masalahnya sekarang: seberapa kuat iman kita untuk tetap bertahan? Apakah kita dapat tetap kuat sikap kita serta selalu konsisten dan konsekuen iman kita dalam menghadapi tantangan zaman itu? Ataukah kita tergiur oleh jabatan dan iming-iming duniawi lainnya hingga tega meninggalkan KRISTUS, meski nama permandian tetap melekat di kartu identas kita? 

Menghadapi tantangan akan pilihan itu, kita tidak bisa setengah-setengah. Hal ini tercermin dalam sikap kita terhadap diri sendiri. Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama mengajak kita untuk bersikap tegas terhadap diri sendiri dalam melawan segala macam kecemaran dan kedurhakaan. Hal ini tampak dalam sikap anggota-anggota tubuh yang semula masih menjadi hamba kejahatan, setelah menjadi pengikut KRISTUS dibebaskan menjadi hamba kebenaran yang membawa kita pada pengudusan. Paulus mendorong kita agar kita tetap konsekuen menjadi hamba kebenaran dan jangan sampai menjadi hamba dosa. "Sebab, upah dosa ialah maut, tetapi Karunia ALLAH ialah hidup yang kekal dalam KRISTUS YESUS, TUHAN kita". (Rm. 6: 23). Sanggupkah kita? 

Ya YESUS, kuatkanlah aku dengan ROH KUDUS-MU dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan yang disebabkan akibat mengikuti ENGKAU. Bapa Yusuf dan Bunda Maria, doakanlah aku dan seluruh pengikut KRISTUS di Indonesia ini. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas sesuai Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.
PK/hr.

Mewujudkan Nilai Kristiani pada Masa Sekarang

 🆁🅰🅶🅸 Jumat, 22 Oktober 2021.
Hari Biasa – 
Pekan Biasa XXIX
Peringatan St. Yohanes Paulus II
• Rm. 7: 18-25a; 
• Mzm.119: 66. 68. 76. 77. 93. 94; 
• Luk.12:54-59

Mewujudkan Nilai Kristiani pada Masa Sekarang

Orang Palestina pada zaman dulu memprakirakan cuaca dengan melihat arah angin: angin dari barat (dari laut) berarti hari akan hujan; angin dari selatan (dari gurun) berarti hari akan panas. Selanjutnya, mereka menyesuaikan aktivitas mereka dengan cuaca yang segera akan datang. 
   Dengan gambaran “membaca cuaca” itu, dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menegur para pendengar-Nya: “Rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Luk. 12:56). Mereka tidak melihat tanda-tanda kedatangan Mesias sebagaimana telah dinubuatkan dan ditulis dalam kitab-kitab para nabi, sementara tanda-tanda itu kini sedang digenapi dan diwartakan oleh Yesus.
    Hampir tiap hari Tuhan Yesus membuat tanda di depan mereka. Yesus memperlihatkan kuasa-Nya sewaktu mengajar, Ia menyatakan kekuatan ilahi-Nya sewaktu Ia membuat mukjizat, yaitu mengusir roh jahat dan menyembuhkan banyak orang sakit, memberi makan orang yang lapar, meredakan badai…. Yesus mengatakan mereka itu “orang-orang munafik”, pura-pura tidak melihatnya.
    Pertanyaan Yesus itu sebenarnya merupakan ajakan supaya orang banyak itu membuka mata dan hati untuk melihat bahwa Kerajaan Allah sudah datang, lalu segera menanggapinya dengan bertobat dan menyesuaikan hidupnya dengan Kerajaan itu.
    Lebih lanjut, Yesus menjelaskan bahwa keadaan mereka itu ibarat orang yang sedang berperkara dengan pihak lain. Yesus menasihatkan, selesaikanlah “perkaramu” itu secepatnya sekarang juga, “di tengah jalan” (ay. 58) – selama perjalanan di dunia ini. Jangan menunda-nundanya sampai “engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau … melemparkan engkau ke dalam penjara. (Ay. 58).
    Mereka sebaiknya selekas mungkin menyelesaikan perkara mereka dengan bertobat, percaya pada Injil, dan mengubah cara hidup. Jangan menunda-nunda “perkara” itu sampai akhir hidup dan membawanya ke hadapan “Sang Hakim”. Dapat dipastikan, mereka akan kalah perkara, divonis, dan dijebloskan ke penjara.
   Kita orang Kristiani pun diajak untuk menanggapi kedatangan Kristus dengan bertobat dan mewujudkan nilai-nilai Injil sesuai dengan zaman yang kini kita alami. Kita dipanggil untuk melaksanakan ajaran kasih: antara lain dengan peduli pada orang yang miskin agar hidup layak, berperilaku baik kepada semua orang, menghargai martabat manusia dengan hak asasi dan kebebasannya, membela orang (tenaga kerja) yang tertindas, menjaga integritas (jujur), mendukung gerakan dan kekuatan yang benar-benar memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang.

Namun, mewujudkan nilai dan keutamaan Kristiani pada masa sekarang sangatlah besar tantangannya. Kita mungkin tertarik untuk menjalankan ajaran Injil, tetapi keinginan itu dihambat dan dilunturkan oleh hasrat mengejar kesenangan duniawi serta kemudahan hidup yang diberikan oleh barang-barang materi dan hasil teknologi.
    Dalam diri kita ada pertentangan seperti yang digambarkan oleh Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama. “Di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa.” (Rom 7:22-23). Paulus merasa dikuasai oleh dosa, dan berkeluh kesah: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Dalam keadaan tertawan, Paulus melihat satu-satunya kekuatan yang sanggup melepaskan dia, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
   Kekuatan Tuhan Yesus Kristus itu pun tampak pada diri seorang santo yang hidup pada zaman modern. Hari ini kita memperingati St. Yohanes Paulus II (1920-2005), yang hidupnya memperlihatkan bagaimana ia telah mencurahkan seluruh daya kemampuannya untuk mewujudkan nilai-nilai Kristiani di tengah berbagai kesulitan zaman. Paus dari Polandia ini mengalami tekanan terhadap Gereja oleh penguasa Nazi, rezim komunis, dan lunturnya hidup keagamaan (sekularisme) pada zaman modern. Paus non-Italia ini menjadi Paus terlama (1978-2005). Banyak yang mengusulkan namanya menjadi Yohanes Paulus Agung, tetapi ia agung justru karena kerendahan hati, kesederhanaan dan kesuciannya. Karena semangat merasulnya, terutama untuk keluarga, orang muda, dan penderita sakit, ia melakukan banyak kunjungan ke seluruh dunia, untuk menyerukan perdamaian dunia dan keberpihakannya pada negara-negara terbelakang. Ia menjalin hubungan baik dengan pemimpin agama Yahudi, Muslim dan Gereja Ortodoks Timur. Ia meninggalkan pesan untuk orang Kristiani zaman ini: “Saudara dan saudari, janganlah takut untuk menyambut Kristus dan menerima kekuatan-Nya…. Jangan takut. Bukalah pintu lebar-lebar bagi Kristus.”
    Sesuai pesan Paus Yohanes Paulus II dan teladan St. Paulus, mari kita terus membuka hati lewat doa dan renungan. Kita mohon agar kekuatan Kristus bekerja dalam diri kita. Untuk dapat mengatasi nafsu mengejar harta dan kesenangan duniawi, kita mohon rahmat Tuhan agar sanggup melakukan hal yang sebaliknya, yaitu sering menyisihkan pendapatan atau milik kita dengan senang hati untuk membantu orang lain. Dengan “melawan rasa lekat” seperti itu hati kita akan semakin bebas dan siap untuk melakukan kehendak Tuhan, sekarang dan tidak ditunda-tunda lagi.

Ya Yesus Tuhan, semoga Roh Kudus-Mu membimbing aku untuk menemukan kehadiran-Mu dan mendengar ajakan-Mu. Semoga aku pun semakin mengenal dan mengasihi Engkau, dan menyelaraskan hidupku dengan panggilan-Mu. St. Yohanes Paulus II, doakanlah aku. Amin. 

Selamat pagi. Selamat beraktivitas mengikuti protokol kesehatan. AMDG. Berkat TUHAN.
RS/PK/hr.