Latest News

Friday, February 4, 2022

ANGGUR BARU DALAM KANTONG BARU

*"ANGGUR BARU DALAM KANTONG BARU."*

Dalam perikop _Injil hari ini,_ TUHAN YESUS  diprotes oleh orang-orang Farisi: _"Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-MU tidak?” (Mrk. 2: 18b)._ Dalam jawaban-NYA, YESUS mengajak orang-orang Farisi dan kita semua untuk bisa melihat, mengerti dan menghidupi suatu aturan atau kebiasaan dari dua sisi: *Pertama,* kita harus mencari dalam konteks apa suatu peraturan itu ditetapkan. 
*Kedua,* kita perlu mencari makna yang terdalam atau esensi dari peraturan itu.

Aturan tentang berpuasa ditetapkan sebenarnya sebagai *_tanda pertobatan dan mendukung doa-doa_* agar ALLAH datang dan membebaskan umat-NYA. ALLAH telah datang dalam Diri YESUS, sehingga sikap yang lebih pantas adalah _bergembira dan bersukacita._ Nabi Yesaya bernubuat tentang keselamatan Sion akan datang dengan segera. _(lihat Yes. 62: 1-5)._ Dan kedatangan-NYA itu ibarat _“Mempelai lelaki”_  yang dengan girang menghampiri _"anak dara”_ dalam suatu pesta perkawinan, bukan dalam keadaan murung berpuasa. Karena itulah, YESUS dalam memberikan jawaban mengingatkan kembali nubuat Nabi Yesaya itu. IA berkata: _“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.” (ayat 19)._ Di sini YESUS secara tersamar menyatakan Diri-NYA sebagai _Mempelai laki-laki itu._ Jadi selama YESUS masih bersama para murid, mereka tidak perlu berpuasa. Baru nanti setelah YESUS sudah tidak bersama mereka, maka mereka harus berpuasa.
Tetapi rupanya penjelasan YESUS itu tidak dipahami oleh orang-orang Farisi, yang menganggap diri sebagai pemimpin spiritual Yahudi dan banyak mempelajari isi Kitab Suci bersama para ahli Taurat. Sebenarnya para murid-NYA juga tidak paham.

Karena itu, YESUS memberikan keterangan lagi tentang _“berpuasa”_ itu dalam bentuk kiasan _“secarik kain yang belum susut”_ ditambalkan pada _"baju yang tua”_ maka hasilnya _“baju tua itu malah akan semakin koyak”._ Demikian juga IA memberikan kiasan lain tentang _“anggur baru”_ yang ditempatkan dalam _“kantong lama”,_ akibatnya kantong itu akan jebol dan anggur terbuang sia-sia. Maka sebaiknya _“anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.” (ayat 22b)._
Artinya, _*berpuasa sebagai tanda pertobatan dan pembaharuan hidup baru perlu dipandang dengan perspektif baru yang lahir dari hati dan cara berpikir yang baru juga.* Berpuasa yang benar jangan dipandang hanya sebagai aturan formalistik suatu agama yang dipatuhi begitu saja, melainkan harus lahir dari kesadaran nurani yang jernih dan tulus untuk mengadakan pembaharuan hidup dan melakukan segala kebajikan. *Kebaikan ALLAH kepada manusia adalah ukuran utama dan menjadi acuan perilaku kita, termasuk dalam menepati aturan-aturan keagamaan seperti puasa itu.*_ Konteks inilah yang perlu kita perhatikan. Dengan konteks yang benar kita tidak akan jatuh pada sikap yang munafik!

Pengalaman Raja Saul, seperti dikisahkan dalam _Bacaan Pertama_ dapat memberi pelajaran yang sangat berharga. Saul yang berasal dari suku Benyamin, suku yang paling kecil dan tidak _"masuk bilangan”,_ diangkat dan diurapi sebagai raja yang pertama bangsa Israel. Melalui Nabi Samuel, ALLAH telah memerintahkan agar ia dapat mengalahkan bangsa-bangsa Filistin dan Amalek. Namun, perintah ALLAH itu tidak dijalankan sepenuhnya. Ia memang memerangi mereka tetapi kemudian menjarah rayah semua kekayaan bangsa-bangsa itu dan melakukan ulah yang  jahat di mata TUHAN. Dan ia berupaya membenarkan perbuatannya itu dengan mempersembahkan korban bakaran yang terdiri dari kambing domba dan sapi-sapi terbaik kepada ALLAH. Namun ALLAH tidak mau menerimanya. Saul lupa bahwa *_setia dan taat pada Firman dan Kehendak ALLAH itu melampaui segala upacara ritual keagamaan._* Saul menganggap bahwa TUHAN itu bisa _“disuap”_ dengan korban bakaran. Maka Nabi Samuel marah kepada Saul, sambil berkata: _“Sesungguhnya mendengarkan (Firman-NYA) lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung, dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala.” (1 Sam. 15: 22, 23)._

Tindakan kita kadang seperti Saul yaitu dengan dalih untuk kepentingan sosial atau kepentingan Gereja, tetapi dalam langkahnya telah menyalahi norma-norma keadilan, kebenaran dan kebajikan lainnya yang bertentangan dengan Perintah ALLAH. Cobalah kita mawas diri!

Hari ini Gereja memperingati *Santo Antonius* (251-356), seorang pemuda Mesir  yang kaya raya namun tergelitik oleh Sabda-NYA: _“Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah AKU.” (Mat. 19: 21)._ Dan ia segera mematuhi Sabda-NYA itu. Ia lalu pergi menyepi di padang gurun Libia. Hari-harinya diisi dengan doa dan matiraga serta bekerja keras. Ketika umat Kristen dikejar-kejar kaisar Maximinus, ia rajin mengunjungi di penjara dan menghibur mereka. Makin lama banyak orang yang datang kepadanya minta nasihat dan peneguhan. Ia termasuk pertapa yang konsisten tetapi tidak fanatik. Namun seluruh hidupnya diabdikan kepada TUHAN sepenuhnya. Sebagai seorang pertapa ia tidak hanya mencari kesempurnaan untuk dirinya sendiri, tetapi juga aktif membela iman Kristiani yang digerogoti oleh bidaah Arianisme, yang men-degradasi Ke-ALLAHAN-an ANAK MANUSIA.

_Ya YESUS, berilah aku keberanian untuk melaksanakan Perintah-MU demi kemajuan imanku dan kehidupan rohaniku, serta meninggalkan segala kebiasaan lamaku yang bertentangan dengan ajaran-MU dan mudah menyeret aku ke lembah dosa. Amin._

Catatan
17 Januari - Peringatan Wajib Santo Antonius, Abas :
• 1Sam. 15: 16-23;
• Mzm. 50: 8-9, 16bc-17, 21, 23;
• Mrk. 2: 18-22.
PK/hr.
Renungan Canggih Utk Kehidupan
*Asiiik.com*

Sunday, December 12, 2021

Adven: Mempersiapkan Diri Secara Mendalam

*Adven: Mempersiapkan Diri Secara Mendalam*

Ketika orang-orang Yahudi _hidup sengsara dalam pengasingan di Babel,_ Nabi Yesaya _(Yes 48:17-19)_ mengajak umat melakukan _pembaruan pandangan hidup._ Ia mewartakan firman Allah yang mengajak mereka *berefleksi:* _sekiranya_ Israel tidak mengikuti kemauan sendiri, tetapi _selalu *mendengarkan* tuntunan Allah dan melakukan perintah-perintah-Nya,_ keadaan mereka kini tentu _sejahtera dan bahagia._ Mereka tentu telah menjadi _bangsa besar yang jumlah keturunannya seperti pasir di tepi laut,_ sebagaimana telah dijanjikan kepada Abraham, dan tidak menyusut hingga tinggal sisa-sisanya seperti pada masa pembuangan ini. 
    Warta Nabi Yesaya itu mengingatkan kita sekarang, agar kita selalu _membarui hidup kita sesuai dengan *ajaran Tuhan;*_ janganlah kita hanya mengikuti kemauan sendiri, sehingga _kehilangan anugerah keselamatan_ yang dijanjikan Allah kepada kita lewat Putra-Nya Yesus Kristus Tuhan kita.

Dalam _Injil hari ini,_ Yesus mengecam _orang-orang Yahudi_ karena mereka _*tidak mau mendengarkan*_ Yohanes Pembaptis maupun Sang Mesias yang datang sesudahnya. Orang Yahudi itu seperti anak-anak yang tidak mau menyambut permainan temannya. _“Kami meniup seruling bagimu (bermain pesta pengantin), tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka (bermain pelayatan kematian), tetapi kamu tidak berkabung.” (Mat 11:17-19)._ 
    Yohanes yang penuh matiraga _(diibaratkan seperti perkabungan)_ mereka katakan _kerasukan setan;_ sedangkan Sang Mesias yang hidupnya bebas seperti kebanyakan orang lain _(seperti pesta pengantin)_ dikatakan _pelahap_ dan _peminum_ yang suka _bergaul dengan orang-orang yang rendah akhlaknya._ Yohanes mewartakan _matiraga_ sedangkan Yesus mewartakan _belas kasih_ serta sikap _merangkul semua orang (inklusif)._ Keduanya *“tidak mereka dengarkan”* sebab keduanya *menuntut perubahan:* _perubahan diri_ dan _perubahan cara hidup._ Mereka menolak ajakan untuk bertobat dan berubah, dengan _*alasan yang dicari-cari:* Yohanes mereka anggap “kuno” dan Yesus dianggap “mengikuti pergaulan bebas.”_ Orang Yahudi tidak mau melihat *esensi ajaran* yang diwartakan; mereka hanya mencela para _*Pembawa*_ ajaran itu. 

Terkadang kita pun _tidak mau mendengarkan_ apa yang disampaikan Tuhan kepada kita lewat orang lain. Dengan mudah kita _mencari alasan_ untuk menolak kekurangan si pembawa warta, dan _selanjutnya juga *menolak Injil* yang diwartakan._ Misalnya ketika orang berkata: “Waktu mengaku dosa, aku dimarahi Pastor, maka aku tidak akan ke gereja lagi” – seperti orang sakit yang tidak mau minum obat karena warna kemasannya tidak bagus.
    Kita mesti menyadari adanya perbedaan antara _*esensi (hakikat)* Kerajaan Allah_ dan _*bentuk perwujudan* esensi_ itu sepanjang sejarah Gereja. St. Paulus berkata, kita orang Kristiani mewujudkan warta Injil dalam _*”bejana tanah liat”*_ yang rapuh _(2 Kor 4:7)._ Kita harus menyadari bahwa Tuhan dapat berbicara kepada kita lewat _pribadi yang tak terduga._
    Inti pesan Injil hari ini adalah sabda Tuhan: _“Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya." (Mat 11:19)._ Yesus adalah _*Hikmat Allah*_. Kebenaran-Nya dibuktikan oleh _*seluruh perbuatan-Nya,*_ yaitu mewartakan Injil, menolong orang, mengusir setan, menyembuhkan penyakit, dan terlebih _*pernyataan kasih-Nya* secara total_ di kayu _*Salib*_ serta _*kebangkitan-Nya,*_ yang _menyelamatkan_ kita dari dosa dan _memulihkan hubungan kita dengan Allah._ *Inilah hakikat Kerajaan Allah* yang harus kita imani, siapapun pewartanya. Bahkan kita juga _dipanggil untuk ikut mewartakan karya keselamatan Allah itu, *dengan segala keterbatasan kita.*_ 
    Sesuai pesan Injil hari ini, mari kita *mempersiapkan diri* untuk menyambut Kristus bukan hanya dengan kegiatan rutin yang menyentuh sisi luar kita, tetapi dengan _melakukan *perubahan diri secara mendalam,* dengan perbaikan diri yang terus bertahan._ Memang mengubah diri sendiri itu amat sulit. Tetapi, jika masa Adven hanya memberi kita polesan luar yang cepat pudar, maka karunia Natal kita pun akan cepat lewat tanpa bekas. Dengan perbaikan diri secara mendalam, kita semakin siap menjalankan tugas perutusan kita, yaitu _mewartakan karya keselamatan Tuhan melalui kesaksian hidup kita._

_Ya Tuhan, bantulah aku dengan rahmat-Mu agar dapat memperbaiki diri untuk menyambut kedatangan-Mu. Jadikan hatiku terbuka seperti hati-Mu untuk menerima sesamaku dengan segala kekurangan mereka dan untuk berbagi sukacita kasih-Mu dengan mereka. Amin._

 🆁🅰🅶🅸 Jumat, 10 Desember 2021.
*Hari Biasa Pekan Adven II*
• Yes 48:17-19; 
• Mzm 1:1-2.3.4.5.6;
• Mat 11:16-19

Selamat beraktivitas mengikuti protokol kesehatan. AMDG. Berkat TUHAN._
_RS/PK/hr._

TOKOH FENOMENAL

*TOKOH FENOMENAL.*

Sepanjang sejarah dari zaman batu sampai zaman digital sekarang, pasti ada seorang yang menonjol. Dialah yang digelari  _“pahlawan”,_ _“idola”_ , _“tokoh legendaris”_ dan lain- lain.  Setiap zaman, setiap bangsa dan setiap kelompok pasti punya  _“tokoh fenomenal”._  Dia-lah yang dikagumi, dipuja, dan tentunya pantas diteladani.

Dalam _Bacaan Pertama_ dari Kitab Sirakh, ditampilkan seorang *Nabi Besar Elia,* yang hidup kira-kira pada abad ke-9  SM ketika Raja Ahab memerintah (lihat  1Raj. 17 dst). Dikisahkan bahwa Elia sangat sakti, berkat kekuatan Firman ALLAH  sendiri. Penampilan Elia pada zaman itu dilukiskan  _"bagaikan api, yang perkataannya laksana obor membakar”_ (Sir. 48: 1). Zaman raja Ahab adalah sangat kelam. Raja dan rakyatnya tidak menyembah Yahwe melainkan  _“Baal”._  Banyak orang yang mengaku _“nabi”_  sampai ratusan jumlahnya. Tetapi mereka menyembah berhala. Elia melawan zaman edan yang dekaden itu. Atas Firman ALLAH,  _“langit dikunci olehnya, dan api diturunkannya sampai tiga kali"._(ayat 3). Ia juga _"mendatangkan kelaparan”_ dan _"orang mati kaubangkitkan dari alam arwah dan dari dunia orang mati dengan Firman Yang Mahatinggi"_(ayat 5), dan masih banyak mukjizat lainnya. 

Betapa pun hebatnya seorang Elia, nampaknya tidak berhasil  merombak dan merubah  demoralisasi  yang terjadi dari kalangan istana, para tokoh agama (nabi-nabi) sampai kalangan rakyat biasa. Namun, akhir hidup Elia masih diselamatkan TUHAN dari perlawanan hebat dari raja dan rakyat yang korup itu. _“Dalam olak angin berapi engkau diangkat dalam kereta dengan kuda-kuda berapi”_ (ayat 9).

_Perikop Injil_ hari ini, menampilkan  _*“Elia baru”*_ yaitu *Yohanes Pembaptis.* Kebesaran dan kehebatan Yohanes diakui sendiri oleh TUHAN YESUS (lihat Mat. 11: 11). Ia berani tampil beda. Hidupnya menyendiri di padang gurun, pakaiannya cuma dari bulu domba dan hanya makan seadanya.  Seruannya untuk _“bertobat dan dibaptis”_  sungguh menggelegar dan mempengaruhi hati umat Israel. Misinya adalah mempersiapkan hati umat untuk menyambut kedatangan Mesias yang jauh lebih hebat dari pada dirinya. Karena itu, ia selalu menyerukan pertobatan.  Walaupun _“Elia baru”_  itu dikagumi banyak orang dan sosok pribadinya sangat berwibawa, namun akhir hidupnya sangat tragis. Karena keberaniannya mengkritik raja Herodes yang mengambil isteri saudaranya sendiri, ia dijebloskan ke penjara. Hidupnya diakhiri oleh algojo yang memenggal kepalanya. Itulah sebabnya YESUS  menegaskan : _“Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan AKU berkata kepadamu : Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka”_ (Mat, 17: 11, 12a). Dan pada saat yang sama YESUS  mengulang kembali nubuat-NYA  bahwa Diri-NYA akan mengalami seperti Yohanes alami, bahkan lebih tragis dan menyedihkan!  _“Demikian juga ANAK MANUSIA akan menderita oleh mereka”_ (ayat 12b).

YESUS sebagai ANAK MANUSIA yang juga ANAK ALLAH  pasti jauh lebih besar dan lebih agung dari pada Elia, Musa  atau Yohanes Pembaptis. Kenabian-NYA  melampaui kenabian para Nabi Besar itu. DIA pasti jauh lebih agung dan lebih fenomenal dari _“tokoh fenomenal”_  mana pun dari bangsa apa pun!  Namun demikian, penampilan-NYA  sejak datang ke dunia bukan sebagai Raja, Kaisar, atau Panglima Besar, melainkan sebagai anak bayi tak berdaya yang lahir di kandang hewan serta dibesarkan sebagai anak tukang kayu yang sangat sederhana. Dalam mewartakan Kabar Gembira, pilihan kata-kata-NYA sangat berwibawa dan perumpamaan-perumpamaan dalam ajaran-NYA  mudah dipahami. Kemana pun pergi, DIA selalu diikuti oleh berbondong-bondong manusia yang kagum tapi sekaligus benci dan iri pada Diri-NYA. DIA-lah Mesias yang dinantikan oleh umat manusia, dan Nabi Agung yang jauh lebih besar dari pada pada nabi pendahulu-NYA. *Tetapi  kematian-NYA  jauh lebih tragis dari pada Yohanes! Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa IA bangkit dari kubur-NYA pada hari ketiga dan diangkat ke Surga dengan mulia!* _*Inilah iman Kristiani yang jadi dasar dan penggerak serta penguat semua pengikut KRISTUS!*_ 

Pada masa Adven yang sebentar lagi memasuki minggu ketiga, kiranya kita harus semakin _"mawas diri"_ dan  mempersiapkan hati kita untuk menerima kehadiran *Seorang Tokoh Agung Paling Fenomenal yaitu YESUS KRISTUS, PENEBUS umat manusia.*
Sudah siapkah hati kita menerima kedatangan-NYA? 

_Ya TUHAN, bukalah mata hatiku untuk mengimani misteri kehadiran-MU di dunia ini. Kuatkanlah jiwa dan ragaku, bila aku menjumpai ancaman  dan perlakuan semena-mena, sementara aku wartakan kebenaran dan keadilan-MU. Amin._
* Sir. 48: 1-4, 9-11; 
* Mzm. 80: 2ac, 3b, 
  15-16, 18-19; 
* Mat. 17: 10-13. 
_PK/hr._

GAUDETE! BERSUKACITALAH !


*GAUDETE! BERSUKACITALAH!*

Minggu ketiga Adven disebut juga *Minggu Gaudete* (= *sukacita,* -  Latin). Ini ditandai antara lain dengan lilin ketiga di _"corona”_ Adven yang dinyalakan adalah _lilin yang berwarna merah muda._ Demikian juga busana  liturgi berwarna _ungu muda atau merah muda._ Merah muda didapat dari percampuran  _warna ungu_ (= Adven) dengan _warna putih_ (=Natal). Maksudnya adalah _sukacita Natal sudah mulai kita rasakan,_ karena sudah semakin dekat, tetapi belum sepenuhnya. Suasana  _“Sukacita”_ ini melambangkan adanya *_kegembiraan di masa pertobatan._* Sebab, yang kita nanti-nantikan ini adalah _*Kedatangan ALLAH sebagai seorang Manusia yang membawakan Kabar Gembira;* DIA-lah Sang Terang Dunia yang memberi cahaya di tengah kegelapan!_   Bacaan-bacaan Suci hari Minggu Gaudete ini, termasuk Mazmur Tanggapan yang diambil dari Kitab Yesaya, seluruhnya _menggemakan suasana kegembiraan yang nyata, yaitu bergembira dalam TUHAN._

Dalam _Bacaan Pertama,_ Nabi Zefanya mengajak umat Israel - _dan kita semua_ - untuk bergembira: _“Bersorak-sorailah, hai Puteri Sion, bergembiralah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah, dengan segenap hati, hai Puteri Yerusalem!”_ (Zef. 3: 14). Alasan ajakan untuk bergembira, karena TUHAN Sendiri telah menyingkirkan hukuman atas umat Israel dan Sang Raja Agung Israel, yaitu TUHAN Sendiri, tetap menyertai seluruh perjalanan hidup anak-anak-NYA. Maka tidak ada alasan lagi untuk khawatir dan was-was. _“Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.” (ayat 16)._
Dalam Mazmur Tanggapan yang diambil dari Nyanyian Syukur atas Keselamatan dari Nabi Yesaya, juga didaraskan suasana syukur dan sukacita. _“Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-NYA mulia...... Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, ALLAH Israel, agung di tengah-tengahmu!” (Yes. 12: 5. 6)._
Rasul Paulus dalam _Bacaan Kedua,_ mempertegas kembali kegembiraan ini: _“Bersukacitalah senantiasa dalam TUHAN! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! .... Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada ALLAH dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Flp. 4: 4.6)._

ALLAH yang menghadirkan Kemuliaan-NYA dalam hidup manusia, ternyata DIA adalah ALLAH yang amat dekat dengan situasi kemanusiaan kita, karena *_DIA Sendiri adalah manusia sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa!_* DIA hadir dan dekat dengan hidup manusia! *_Kedekatan ALLAH dalam hidup kita terwujud nyata dalam Pribadi YESUS KRISTUS._*
Untuk menyambut kedatangan ALLAH di dunia ini yang merupakan pemenuhan akan janji-janji-NYA, _Yohanes Pembaptis_ mengemban misi khusus untuk mempersiapkan umat Israel agar dapat menerima-NYA dengan layak. Bagi kita sekarang persiapan untuk menyambut kedatangan-NYA terutama yang paling penting adalah *_persiapan hati atau rohani/batin kita hingga DIA, ALLAH Yang Maha Agung itu layak untuk lahir di hati kita._* Jadi, kita jangan terpaku pada persiapan-persiapan tehnis belaka, seperti hiasan Natal dan segala asesoris kita atau menu untuk pesta Natal dan lain-lain. _*Yang paling mendasar adalah menjawab seruan Yohanes Pembaptis untuk bertobat.* Dan pertobatan itu harus nyata, dalam arti *membalikkan pusat perhatian yang semula fokus pada ego, diri sendiri menjadi tertuju pada TUHAN dan sesama*. Bertobat menuntut perubahan sikap, tidak cukup hanya mendoakan penitensi, melainkan harus berbuah pada sikap dan perilaku yang baik dan konkrit!_

Atas dasar itu, maka  dalam Perikop _Injil hari ini_ diuraikan oleh Yohanes Pembaptis bahwa *_pertobatan rohani tidak bisa dilepaskan dari semangat bela rasa atau solidaritas sosial._* Bagi Yohanes Pembaptis, _keadilan sosial berarti berbagi dengan sesama yang tidak memiliki; "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” (Luk. 3: 11)_ atau berperilaku _“fair”,_ jujur, tidak korup: _“Jangan menagih yang lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.” (ayat 13);_ atau menghargai hak orang lain: _“Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu”. (ayat 14b)._
Kalau kita sungguh mau serius menanggapi seruan pertobatan dari Yohanes Pembaptis, maka kita harus rela dan berani _membuka dompet atau kotak harta kita dan berbagi dengan mereka yang membutuhkannya._ Mau dan mampukah kita menjalankannya? Atau kita hanya menganjurkan orang lain saja, tetapi diri sendiri tidak mau kehilangan sedikit pun?
*_Masa Adven ini adalah momentum yang sangat tepat untuk menjalankan karya amal kasih itu, sekaligus ini dapat menjadi silih dosa kita!_* 

_Ya TUHAN, utuslah ROH KUDUS agar sudi menerangi dan menggerakkan hatiku untuk bertobat secara spiritual maupun sosial. Semoga aku mampu meneladan Hati-MU yang lembut, murah hati dan rendah hati, hingga aku rela berbagi kepada sesamaku. Amin._

Bdk:
• Zef. 3: 14-18a;
• Mazmur Tnggpn : Yes. 12: 2. 3. 4bcd. 5-6; 
• Flp. 4: 4-7; 
• Luk. 3: 10-18.
_PK/hr._

Friday, December 10, 2021

TETAPLAH BERTAHAN!

*TETAPLAH BERTAHAN!*

Kita dipanggil untuk setia, bukan untuk sukses. Banyak orang yang sukses, dan karena kesuksesannya itu, mereka jadi populer. _*Popularitas inilah yang bisa membawa orang lalai dan lupa diri.*_ Hidupnya jadi hancur dan rusak karena hanya cari nama saja tanpa peduli etika, sopan santun dan kepentingan umum. Maka inilah yang akhir-akhir ini terjadi di masyarakat kita. Kita juga menyaksikan betapa banyak pejabat publik yang mencoba menutup-nutupi kekurangan dan kejahatan mereka dengan berbagai dalih atau selalu mencari _"kambing hitam." *Namun, TUHAN YESUS tetap meneguhkan orang yang setia dan taat pada panggilannya:* "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu" (Luk. 21: 19)._ Kita harus bisa melawan godaan dan menahan segala macam pengorbanan, derita, sakit, lapar dan haus, bilamana kita mau bergabung bersama YESUS untuk mendapatkan suatu _"piala kemenangan"._ 

Sebelum TUHAN YESUS menjalani penderitaan-NYA di Yerusalem, IA telah meramalkan apa yang akan terjadi terhadap para murid-NYA itu: _"Kamu akan ditangkap dan dianiaya, kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena Nama-KU." (ayat 12). *DIA mengajak kita untuk tetap bertahan dan tidak gampang menyerah kalah.*_ YESUS mengajak para murid-NYA untuk menggunakan kesempatan itu guna memberi kesaksian tentang Diri-NYA. Dalam situasi yang berat dan mencekam itu, YESUS akan tetap setia menyertai mereka dan memberikan kata-kata hikmat dalam pembelaan mereka hingga mereka tidak kuasa untuk dibantah. Sabda TUHAN _"tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang," (ayat 18)_ menjadi motivasi dan kekuatan mereka.

Dalam hidup ini kadang kita mengalami banyak godaan dan cobaan berat yang kita anggap melampaui kemampuan kita. Ingat, bahwa dalam situasi seperti itu hendaknya kita ingat bahwa TUHAN tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian. Justru dalam kondisi seperti itu kesabaran dan keuletan kita diuji: _*Apakah kita tetap setia pada TUHAN? Kalau ya, mari kita pikul salib kita sampai puncak Golgota bersama YESUS!*_

Dalam _Bacaan Pertama_ dikisahkan bahwa raja Belsyazar, anaknya raja Nebukadnezar, mengadakan pesta pora mabuk-mabukan di istana. Dalam kemabukannya, raja menyuruh orang-orang agar menggunakan barang-barang suci berupa piala dan alat-alat yang terbuat dari emas, perak, tembaga yang mereka sita dari Bait ALLAH di Yerusalem. Mereka minum sampai mabuk berat sambil memuji dewa-dewa berhala mereka. Karena ulah yang kasar, arogan dan meremehkan alat-alat dari Bait Suci, maka  ALLAH memberikan hukuman padanya: kerajaannya akan dihancurkan orang Media dan Persia. Kalau kita mau jujur, kadang perilaku raja Belsyazar itu juga kita lakukan. Kita menuruti hawa nafsu, bersikap arogan sambil melecehkan orang lain serta mabok menikmati kesuksesan kita. Hidup hanya sekali, kapan lagi dinikmati, demikianlah sikap _"aji mumpung"_ yang acap kita ambil. _*Sadarkah kita bahwa pola pikir dan tingkah laku yang keblinger ini harus segera kita akhiri?*_ Apakah kita juga siap menerima akibat dari ulah yang keblinger ini? - Marilah kita tinggalkan arogansi dan sikap
_"aji mumpung"_ yang masih ada dalam diri kita.

Hari ini kita peringati secara khusus para martir suci yaitu *Santo Andreas Dung-Lac* (1795-1839), seorang imam projo dan kawan-kawan yang dibunuh secara keji di Vietnam. Iman Katolik dikenal di Vietnam pada abad ke 16. Kemudian mulailah terjadi penganiayaaan terhadap umat Katolik pada abad ke 17, 18 dan 19. Khususnya pada pemerintahan kaisar Minh-Mang (1820-1840). Hari ini kita peringati 117 martir yang menjadi saksi iman dan saksi Injil secara gagah berani di Vietnam. Mereka dinyatakan sebagai orang-orang kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada 19 Juni 1988. Para martir itu antara lain terdiri dari 96 orang Vietnam, 11 orang Spanyol dan 10 orang Perancis. Di antara mereka itu ada 8 Uskup, 50 orang imam dan sisanya 59 orang awam. Berkat darah para martir itulah, iman Katolik bisa berkembang di Vietnam sampai sekarang.

_Ya TUHAN, ketika jalan hidupku diliputi kegelapan dan dilanda gelombang tinggi yang dahsyat, kuatkanlah imanku dan harapanku pada-MU. Berilah aku ketabahan dan ketegaran dalam mengarungi hidup ini. Jauhkan aku dari sikap sombong dan suka meremehkan orang lain. Berilah aku sikap rendah hati. Santo Andreas Dunc-Lac dan para martir di Vietnam, doakanlah aku. Amin._

Bdk 
*Peringatan Wajib St. Andreas Dung Lac, Imam dkk, Martir :*
• Dan. 5: 1-6. 13-14. 16-17. 23-28;
• Mzm. Tnggpn. : Tamb. Dan. 3: 62-67; 
• Luk. 21: 12-19.
_PK/hr._

KEHENDAK DAN RENCANA TUHAN PASTI TERJADI

*KEHENDAK & RENCANA TUHAN PASTI TERJADI.*

Dalam _Bacaan Pertama_ dikisahkan Daniel yang tetap setia dan berbakti kepada ALLAH dijebloskan ke dalam gua singa, karena ia dianggap melanggar aturan raja yang mengharuskan orang hanya boleh berbakti kepada sang raja. Daniel memang tetap melakukan doa rutinnya tiga kali sehari dan berbakti hanya pada ALLAH, bukan kepada raja. Sekalipun raja Darius agak menyayangkan juga mengapa aturan itu justru mengena pada Daniel, karena raja sangat bersimpati pada dia. Bagaimanapun juga aturan tetap aturan, hingga Daniel dijebloskan ke dalam gua singa. Namun, selama satu malam ia berada dalam gua itu, ternyata singa-singa itu sama sekali tidak menyentuhnya. Berkat pertolongan ALLAH, ia bisa selamat. Hal ini membuktikan juga kebenaran akan dua hal, yaitu *pertama,* bagaimana pun kondisinya, Kehendak dan Rencana ALLAH itu pasti terjadi. Apa pun rencana manusia terhadap Daniel, tetapi ALLAH sudah punya Rencana sendiri terhadap  dirinya. Dan *kedua*, betapa besar Kasih ALLAH pada orang yang tetap setia pada-NYA. _*ALLAH itu Mahasetia, IA tidak akan pernah melupakan umat-NYA yang taat, setia dan takut kepada-NYA. Dalam mara bahaya dan kondisi yang sangat kritis, hendaknya kita juga jangan meninggalkan DIA. Berpalinglah dan mohonlah kekuatan dan pertolongan dari TUHAN, niscaya DIA akan tetap mendampingi dan menolong kita.*_ Akhirnya raja Darius pun mengeluarkan aturan _*supaya orang-orang hanya takut dan menyembah pada ALLAH-nya Daniel.*_ Puji TUHAN, ALLAH sungguh Maha Agung dan Maha Kuasa! Masihkah kita sangsi akan Kuat dan Kuasa-NYA?

Perikop _Injil hari ini_ menceritakan tentang nubuat TUHAN YESUS tentang keruntuhan kota Yerusalem. Kota Yerusalem yang mempunyai Bait Suci dengan tembok dan bangunannya yang kokoh akan hancur berantakan. Kota itu akan diinjak-injak dan dihancur-leburkan oleh tentara musuh. Dan juga akan terjadi tanda-tanda yang menyeramkan di alam semesta. Akan datang ANAK MANUSIA dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-NYA untuk mengadili semua manusia. Semua bangunan megah dan seluruh harta duniawi akan hancur berkeping-keping. TUHAN YESUS menganjurkan agar orang-orang segera bangkit dan mengangkat mukanya karena penyelamatan sudah dekat.

Yerusalem sebagai kota suci dalam perkembangan sejarah senantiasa menjadi daerah konflik. Tiga agama besar dunia, Kristen, Yahudi dan Islam, tumbuh secara berdekatan. Dalam perkembangan sejarah telah terjadi peristiwa-peristiwa gelap di mana terjadi pertumpahan darah karena perbedaan keyakinan iman. Namun, sekarang ini semua pihak mengupayakan suatu gerakan damai, forum dialog dan program aksi saling menghormati.

Dalam perikop _Injil hari ini_ pun kita rasakan suasana pertumpahan darah itu. Namun, YESUS juga menubuatkan bahwa semua itu akan berakhir. _*Semua keyakinan agama pada hakekatnya menginginkan semua manusia hidup dalam kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan.*_ Sebenarnya tidak ada agama yang menghendaki umatnya mati sia-sia karena kebencian. Memang dalam perjalanan sejarah dalam setiap agama selalu ada saja yang beraliran keras, fundamentalis dan revolusioner yang bisa mengacaukan usaha damai dan penuh toleransi itu.

Beruntunglah kita hidup di Indonesia yang menganut ideologi Pancasila yang secara ideal memberikan kesempatan yang sama bagi semua agama untuk hidup dan berkembang secara damai. Meskipun dalam prakteknya masih belum berjalan lancar secara optimal dan maksimal, namun harus diakui bahwa _*pada umumnya terjadi suasana kehidupan beragama yang cukup damai dan kondusif. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, semua putra-i Gereja hendaknya turut aktif mengupayakan suasana kedamaian dan kerukunan kehidupan yang penuh penghormatan di antara sesama pemeluk agama yang berbeda-beda itu.*_ 
_*Kita jangan ikut larut dalam suasana kebencian di antara para pemeluk agama yang berbeda-beda itu.*_
_*Janganlah ikut-ikut dalam gerakan kekerasan, sebaliknya usahakanlah selalu jalan dialog, kedamaian dan musyawarah.*_
Apa upaya konkrit kita untuk menjalin persahabatan dan persaudaraan sejati antar umat beragama yang berbeda-beda itu di daerah kita berada?

_Ya YESUS, ajarilah aku untuk bersikap tunduk dan setia kepada-MU dan berilah aku hati yang lapang untuk dapat hidup berdamai di tengah masyarakatku yang majemuk ini. Bimbinglah para pemimpin agama dan tokoh masyarakat agar dapat menjadi teladan dalam menjaga suasana yang damai dan penuh toleransi. Amin._

Bdk
• Dan. 6: 12-28; 
• Mzm. Tnggpn.Tambn. Dan. 3: 68-74;
• Luk. 21: 20-28. 
_PK/hr._